Berita HITZ

22 Desember 2018

Al-ghazali dan teori psikologi


Al-Ghazali dan Teori Psikologi


A.    BIOGRAFI AL- GHAZALI
Imam Al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali, yang terkenal dengan Hujjatul Islam (argumentator islam) karena jasanya yang besar di dalam menjaga islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme yunani. Beliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah suatu kota kecil yang terlelak di Thus wilayah Khurasah yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam.

B.     MANUSIA DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI
Berdasarkan hal ini, maka dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang Manusia dalam Perspektif Al-Ghazali yang meliputi, diantaranya:

1.      Hakikat Manusia, hakikat berasal dari kata Arab Al-haqiqat, yang berarti kebenaran dan esensi. Lebih lanjut, Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri dari Al-Nafs, Al-ruh dan Al-jism. Al-nafs adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat. Al-ruh adalah panas alam di (al-hararat al-ghariziyyat) yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf. Sedangkan al-jism adalah yang tersusun dari unsur-unsur materi. Al-jism (tubuh) adalah bagian yang paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas unsur-unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak. Karena itu, ia tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai mabda’ thabi’i (prinsip alami), yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah benda mati. Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari substansi yang mempunyai dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang mempuyai kemampuan merasa dan bergerak dengan kemauan. Yang pertama adalah al-jism dan yang kedua al-nafs. Di sini, ia tidak membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang halus atau panas alami, tetapi ia menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs dibawah al-nafs dalam arti esensi manusia, yaitu al-nafs al-nabatiyyat (jiwa vegetatif) dan al-nafs al-hayawaniyyat (jiwa sensitif). Kedua jiwa ini disebut di bawah jiwa manusia, karena dipunyai secara bersama oleh manusia dan makhluk-makhluk lainnya, tumbuh-tumbuhan untuk yang pertama dan hewan serta tumbuh-tumbuhan untuk yang kedua. Menurut Al-Ghazali, Jiwa (al-nafs al-nathiqah) sebagai esensi manusia mempunyai hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda dengan kudanya. Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam arti bahwa yang memegang inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya. Kuda merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat bagi jiwa. Jadi, badan tidak mempunyai tujuan pada dirinya, dan tujuan itu akan ada apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya.

2.      Hikayat Insan, menurut Al-Ghazali sekalipun manusia itu termasuk dalam golongan hayawaniyah (jiwa kebinatangan), baik dalam arti luar maupun dalam, akan tetapi ia sebenarnya mempunyai dua sifat keadaan yang sangat menakjubkan bagi dirinya yaitu Ilmu dan Kemauan. Yang dimaksud dengan ilmu ialah kekuatan untuk membina, mempunyai daya cipta yang tidak bisa diraba dan memiliki hakikat kecerdasan. Dengan kemauan atau kehendak yang dimaksud disini ialah nafsu, keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan setelah diputuskan oleh pertimbangan akal yang sehat tentang segala akibatnya.

3.       Sifat Manusia, Pengembangan dan Pengetahuannya, tinjauan filsafat yang lebih menonjol terhadap perbuatan manusia, menurut Al-Ghazali adalah yang menyangkut kebebasan perbuatan manusia dilihat dari segi efektivitasnya. Pandangan terhadap hal ini mempunyai akar pada konsepsi tentang hakikat manusia dan daya-daya yang dimilikinya. Perbuatan-perbuatan itu merupakan hasil determinasi kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Manusia dalam hal ini adalah tempat berlakunya kekuatan-kekuatan itu.Di dalam Islam, menurut Al-Ghazali segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia dari seleranya yang terendah sampai kelengkapan yang tertinggi, masing-masing mempunyai tempat dan tujuan di dalam mencapai tujuan akhirnya. Dengan mengecualikan “roh”, setiap sifat yang dimiliki manusia mempunyai dua bisikan hati, yakni : Pertama, untuk mendapatkan sesuatu yang dapat memuaskan dirinya sendiri atau dalam mengejar tercapainya kebahagiaan yang sesungguhnya, tanpa menghiraukan akibatnya terhadap perkembangan pribadinya secara utuh. Kedua, dalam rangka memainkan perannya di dalam suatu keselarasan, yang diperlukan antara segala sesuatu yang menjadi dasar kepribadian manusia. Disini terlihat jelas aspek yang pertama itulah yang dapat membuat diri manusia sulit untuk mencapai tujuan hidupnya secara baik.

C.     KONSEP AL-GHAZALI TENTANG KEHIDUPAN PSIKIS

Ø  Jiwa Menurut Pemikiran Al-Ghazali, untuk menunjuk kepada pengertian jiwa itu ia menggunakan istilah yaitu an-nafs, al-ruh, al-`aql, dan al- qalb.
Ø  Pembagian Jiwa Menurut Al-Ghazali membagi fungsi jiwa dalam tiga bagian, sama dengan Ibnu Sina, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan (nabatah), hewan (hayawanat), dan manusia (al-Insan). Masing-masing jiwa ini memiliki daya yang tidak sama
Ø  Metode Al-Ghazali dalam memperbaiki Perilaku, Al-Ghazali menjadikan kasus sehat dan sakit pada badan sebagai contoh untuk menjelaskan kasus sehat dan sakit pada jiwa.

Tidak ada komentar: