Berita HITZ

22 Desember 2018

Metode Client Centered Theraphy Carl Rogers


TEORI CARL ROGERS


A.    
Biografi Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien atau pembelajaran yang berpusat pada murid (client centered). Rogers lahir di Oak Park, Illimois, pinggiran Chicago Amerika Serikat pada tanggal 8 Januari 1902. Ia berkebangsaan Amerika Serikat. Pernah belajar di Universitas Wisconsin-Madinson, lalu di Teachers Collefe, Universitas Columbia. Ayahnya,  Walter A. Rogers, serorang pekerja teknik sipil dan ibunya Julia M. Crushing sebagai seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostalyang setia. Carl adalah anak keempat dari enam bersaudara.

B.     Karya-Karya Carl Rogers
Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya “Counseling and Psychotherapy”. Kemudian, tahun 1945, dia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat terkenal Client—Centered Therapy diluncurkan, yang memuat garis besar teorinya. Tahun 1957, dia kembali mengajar di almamaternya, University of Wisconsin. Sayangnya, saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi dan Rogers merasa sangat kecewa dengan system pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1964, dengan senang hati dia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Disini dia memberikan terapi, ceramah—ceramah dan menulis karya—karya ilmiah sampai ajal menjemputnya tahun 1987.

C.    Manusia dalam pandangan Carl Rogers
Rogers percaya manusia adalah jenis makhluk positif, rasional dan realistis dan terus bergerak maju menuju kesempurnaan mereka sendiri. Selain itu, orang-orang selalu bergerak menuju kesempurnaan mereka sendiri namun, kadang-kadang mereka tidak yakin tentang potensi dan potensi mereka dan dengan cara ini mereka akan menggunakan seni bela diri jika diperlukan dalam melindungi kebutuhan mereka sendiri. Seni bela diri yang berlebihan akan menyebabkan situasi menjadi merusak diri sendiri. Untuk pengembangan kepribadian manusia.
            Rogers mempertimbangkan tiga faktor yaitu organisme, harga diri, dan pengalaman yang memainkan peran penting. Organisme berarti bahwa individu dipandang secara komprehensif dan aspek fungsional seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Bahkan, itu berarti organisme dinamis yang mengandung nilai dan tujuan yang mempengaruhi perilaku organisme. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini akan bertindak terhadap nirwana swadaya sementara pengalaman terakhir adalah kumpulan pengalaman dan penghargaan yang diterima dari orang lain seperti penerimaan tanpa syarat. Bagi Rogers, manusia tidak perlu dikontrol atau mengatur hidupnya hanya sebagai penerimaan yang murni dan tidak terkondisi dan pemahaman diri dengan cara yang bebas dari alam atau kondisi yang kejam, menyakitkan dan tidak bermoral.

<script data-ad-client="ca-pub-7351021323858199" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

D.    Konsep Psikologi Carl Rogers
Carl Rogers merupakan salah seorang tokoh yang mencetuskan teori psikologi kepribadian yaitu mengenai Self.
Konsep kepribadiannya yaitu:
          Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dan bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
          Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri
          Manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, heterostatis, dan sukar dipahami.
          Teori Carl Rogers adalah memanusiakan manusia
Struktur kepribadian
a)      Organism
• Organism adalah makhluk hidup lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat.
• Subyjective reality organisme, menanggapi dunia seperti yang diamati atau didalamnya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif, bukan benar-benar salah.
• Holism organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan aktualisasi diri, mempertahankan diri dan mengembangkan diri.
b)      Phenomenal field (medan fenomenal)
Adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari antara lain:
- Pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar),
- Meliputi pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri),
- Semua persepsi bersifat subyektif, benar bagi diri sendiri,
- Medan fenomenal seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna.
c) Self
Merupkan bagian medan fenomenal yang terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari pada “i” atau “me”. Self mempunyai macam-macam sifat yaitu:
·         Self berkembang dari interaksi orgainisme dengan lingkungannya,
·         Self mungkin berinteraksi nila-nilai orang lain dan mengamatinya dengan cara atau bentuk yang tidak wajar,
·         Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
·         Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self,
·         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pengamatan (maturation) dan belajar.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.      Incongruence, adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.       Congruence, berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

E.     Madzhab Humanistik Carl Rogers
Mazhab ini merupakan memiliki pandangan terhadap psikoterapi yang menekankan pengalaman subjektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan  satu arah baru dalam hidup. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Adapun Tokoh dari pendekatan humanistik adalah Carl Rogers. Pendekatan humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Pandangan ini dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan darisudut kemanusiaanya itu sendiri.
Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya.
Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang manusia sebagai mesin. Humanistik merubah paradigm tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai sebagai suatu kesatuan yang utuh. Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini.
Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight klien.
Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers) : Rogers percaya bahwa orang-orang memilki kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan. Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat hambatan yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization. Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidak bahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis.
Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.

Tidak ada komentar: