TEORI CARL ROGERS
A.
Biografi Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan
terapi klinis yang berpusat pada klien atau pembelajaran yang berpusat pada
murid (client centered). Rogers lahir di Oak Park, Illimois, pinggiran Chicago
Amerika Serikat pada tanggal 8 Januari 1902. Ia berkebangsaan Amerika Serikat.
Pernah belajar di Universitas Wisconsin-Madinson, lalu di Teachers Collefe,
Universitas Columbia. Ayahnya, Walter A.
Rogers, serorang pekerja teknik sipil dan ibunya Julia M. Crushing sebagai
seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostalyang setia. Carl adalah
anak keempat dari enam bersaudara.
B.
Karya-Karya Carl Rogers
Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya “Counseling and
Psychotherapy”. Kemudian, tahun 1945, dia diundang untuk mendirikan pusat
konseling di University of Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat
terkenal Client—Centered Therapy diluncurkan, yang memuat garis besar teorinya.
Tahun 1957, dia kembali mengajar di almamaternya, University of Wisconsin.
Sayangnya, saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi dan
Rogers merasa sangat kecewa dengan system pendidikan tinggi yang dia tangani.
Tahun 1964, dengan senang hati dia menerima posisi sebagai peneliti di La
Jolla, California. Disini dia memberikan terapi, ceramah—ceramah dan menulis
karya—karya ilmiah sampai ajal menjemputnya tahun 1987.
C.
Manusia dalam pandangan Carl Rogers
Rogers percaya manusia adalah jenis makhluk positif, rasional dan
realistis dan terus bergerak maju menuju kesempurnaan mereka sendiri. Selain
itu, orang-orang selalu bergerak menuju kesempurnaan mereka sendiri namun,
kadang-kadang mereka tidak yakin tentang potensi dan potensi mereka dan dengan
cara ini mereka akan menggunakan seni bela diri jika diperlukan dalam
melindungi kebutuhan mereka sendiri. Seni bela diri yang berlebihan akan
menyebabkan situasi menjadi merusak diri sendiri. Untuk pengembangan
kepribadian manusia.
Rogers
mempertimbangkan tiga faktor yaitu organisme, harga diri, dan pengalaman yang
memainkan peran penting. Organisme berarti bahwa individu dipandang secara
komprehensif dan aspek fungsional seperti kognitif, afektif dan psikomotor.
Bahkan, itu berarti organisme dinamis yang mengandung nilai dan tujuan yang
mempengaruhi perilaku organisme. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini akan
bertindak terhadap nirwana swadaya sementara pengalaman terakhir adalah
kumpulan pengalaman dan penghargaan yang diterima dari orang lain seperti
penerimaan tanpa syarat. Bagi Rogers, manusia tidak perlu dikontrol atau
mengatur hidupnya hanya sebagai penerimaan yang murni dan tidak terkondisi dan
pemahaman diri dengan cara yang bebas dari alam atau kondisi yang kejam,
menyakitkan dan tidak bermoral.
<script data-ad-client="ca-pub-7351021323858199" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
D.
Konsep Psikologi Carl Rogers
Carl Rogers merupakan salah seorang tokoh yang mencetuskan teori
psikologi kepribadian yaitu mengenai Self.
① Konsep kepribadiannya yaitu:
• Tingkah laku manusia
hanya dapat dipahami dan bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
• Bahwa manusia
mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri
• Manusia itu bebas,
rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, heterostatis, dan sukar dipahami.
• Teori Carl Rogers
adalah memanusiakan manusia
② Struktur kepribadian
a)
Organism
• Organism
adalah makhluk hidup lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat
semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam
kesadaran setiap saat.
• Subyjective
reality organisme, menanggapi dunia seperti yang diamati atau didalamnya.
Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif, bukan benar-benar salah.
• Holism
organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan
mempengaruhi bagian yang lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan, yakni tujuan aktualisasi diri, mempertahankan diri dan mengembangkan
diri.
b)
Phenomenal
field (medan fenomenal)
Adalah
keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun
tidak disadari antara lain:
- Pengalaman
internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi
mengenai dunia luar),
- Meliputi
pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri
sendiri),
- Semua
persepsi bersifat subyektif, benar bagi diri sendiri,
- Medan
fenomenal seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui
inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna.
c) Self
Merupkan bagian
medan fenomenal yang terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari
pada “i” atau “me”. Self mempunyai macam-macam sifat yaitu:
·
Self
berkembang dari interaksi orgainisme dengan lingkungannya,
·
Self
mungkin berinteraksi nila-nilai orang lain dan mengamatinya dengan cara atau
bentuk yang tidak wajar,
·
Self
mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
·
Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self,
·
Self
mungkin berubah sebagai hasil dari pengamatan (maturation) dan belajar.
Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.
Incongruence,
adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.
Congruence, berarti situasi dimana pengalaman
diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral,
dan sejati.
E.
Madzhab Humanistik Carl Rogers
Mazhab ini merupakan memiliki pandangan terhadap psikoterapi yang
menekankan pengalaman subjektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang
ada untuk menentukan satu arah baru
dalam hidup. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi
manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Adapun Tokoh dari pendekatan humanistik adalah Carl Rogers. Pendekatan
humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena
teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan,
keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
Pandangan ini dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya,
perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan darisudut
kemanusiaanya itu sendiri.
Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki
oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas,
pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian,
agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya.
Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang
memandang manusia sebagai mesin. Humanistik merubah paradigm tersebut menjadi
lebih manusiawi dan dihargai sebagai suatu kesatuan yang utuh. Terapis
humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti
terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami
klien saat ini.
Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis psikodinamika dan
humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan
perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight
klien.
Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers) : Rogers percaya bahwa
orang-orang memilki kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan,
pemenuhan, dan kesehatan. Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis
berkembang sebagian besar akibat hambatan yang ditempatkan oleh orang lain
dalam perjalanan ke arah self-actualization. Terapi ini cocok untuk orang-orang
dengan masalah psikologis yang ada ketidak bahagiaan dalam dirinya, mereka
biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya,
sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Untuk terapis person
centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis.
Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif,
yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang
nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien
merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan
mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula
mengaktualisasi dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar