Berita HITZ

22 Desember 2018

Teori William James


TEORI WiLLIAM JAMES


A.    Biografi William James

William James lahir pada tanggal 11 Januari 1984 di New York City. Ayahnya, seorang kaya raya yang mandiri, adalah seorang penulis masalah-masalah teologis. Masa pendidikan awal James terkadang terganggu, ia mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang luas dan bervariasi, ia dapat belajar bahasa Perancis dan Jerman. Pada tahun 19864, ia sangat tertarik pada seni, tetapi sains menang dan ia masuk Harvard Medical School dengan mendapatkan gelar M.D pada tahun 1869. Pada tahun 1872 ia menjadi seorang guru psikologi di Harvard. Dorongan dan pluralisme dari komunitas akademik ini terbukti menjadi latar belakang bagi James. Di samping menaruh perhatian pada struktur tubuh, ia terpukau dengan persoalan struktur pikiran dan emosi manusia dan berbagai variasi pengalaman manusia. Ia juga disulitkan dengan masalah yang berkenaan dengan perdebatan antara kebebasan dan determinisme, kemungkinan kebenaran pasti, dan realitas Tuhan.

B.     Madzhab madzhab william james
1.      Pragtisme
            James memekankan nilai paragtisme untuk psikologi, kaidah utama yang menyatakan bahwa validitas dari sebuah ide atau konsepsi harus diuji melalui konsekuensi-konsekuensi praktisnya.  Ekspresi populer dari sudut pandang pragmatis adalah “segala sesuatu adalah benar jika bisa berfungsi”.  Pragtisme dikembangkan pada 1890 oleh Charles Sanders Peirce, seorang matematikawan dan filosof sekaligus sahabat seumur hidup james. 
2.      Teori Emosi
Diterbitkan dalam sebuah artikel tahun 1884 dan kemudian dimuat dalam The Principles, yang bertentangan dengan pemikiran mengenai hakikat emosi kondisi emosional yang ada saat itu.  Kalangan psikologi berasumsi bahwa pengalaman mental subyektif dari sebuah emosi akan mengawali ekspresi atau aksi jasmani.
3.      Tiga bagian Diri
James berpendapat, bahwa perasaan seseorang tentang dirinya terdiri dari tiga aspek :
·         Diri materi : terdiri dari segala sesuatu yang kita sebut sebagai hanya dimiliki oleh diri kita, seperti tubuh kita, keluarga, rumah atau gaya berpakaian.
·         Diri social : merujuk pada pengakuan yang kita terima dari orang lain
·         Diri spiritual : merujuk pada diri batin atau sunyektif kita.
4.      Teori Kebiasaan
Tindakan repetitif atau kebiasaan melibatkan sistem syaraf dan dapat meningkatkan kelenturan materi syaraf.  Sebagai akibatnya, kebiasaan menjadi lebih mudah dilakukan pada pengulangan berikutnya dan hanya membutuhkan lebih sedikit perhatian sadar.

Tidak ada komentar: