Halo ini penulis novel berjudul “shadow” yang mana novel itu sepertinya
tidak akan selesai. Tapi satu hal yang cukup membuat aku terkejut, bahwa
ternyata beberapa hal yang aku tulis menjadi sebuah kenyataan. Aku merasa itu
seperti ada sedikit keajaiban. (novel "shadow" adalah novel yang aku buat ditahun 2016 dan sampai kapanpun novel itu tidak akan pernah selsai ataupun diterbitkan)
Ah, ini sudah memasuki 2022. Di usiaku yang semakin beranjak dewasa, aku
sudah mulai melewati berbagai hal yang ternyata jauh lebih menyakitkan. Kali
ini bukan cinta, karena sepertinya cinta sudah bukan menjadi prioritas utamaku.
Sekarang ini aku sedang menyusun proposal skripsi, di semesterku yang mulai
memasuki semester sembilan. Jujur tidak pernah sekalipun aku terbayang, bukan,
lebih tepatnya aku tidak percaya jika aku harus melewati proses skripsi ini
melebihi standar orang lain.
Jangan ditanya bagaimana perasaanku yang jelas untuk saat ini, berhubung
aku sedang baik-baik saja jadi aku berusaha untuk menghargai dan menikmati
prosesku. Aku berusaha untuk bersyukur dengan segala hal yang pernah aku lalui.
Setidaknya aku belum berhenti, setidaknya setiap hari aku berproses dan
bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini. Meskipun, jujur saja adakalanya
aku merasa berdosa karena sehari dalam beberapa jam lamanya aku duduk di depan
laptop tidak menghasilkan banyak hal. Aku memang membencinya karena aku merasa
aku terlalu ‘lambat’. Aku benci sekali dengan yang namanya ‘lambat’ bahkan
ketika aku berusaha untuk bekerja lebih keras dan berusaha secepat mungkin aku
tidak pernah bisa menghasilkan lebih banyak dari yang aku harapkan. Belum lagi
ditengah prosesku yang tergolong lambat, perasaan lelah fisik yang aku alami
justru sama seperti orang pada umumnya. Aku selalu bertanya kepada diriku
sendiri, “ kalo begini kapan aku bisa cepat selesai?” ucapku beberapa saat
setelah meregangkan tubuh yang pegal karena duduk beberapa jam lamanya.
Meskipun begitu, seberapa banyak aku mengeluh, marah ataupun menangis
sekalipun, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan
saat ini. Aku berusaha keras untuk mengerjakkan skripsi, aku berusaha berproses
setiap hari. Aku membuka tutup halaman internet mencari berbagai data-data yang
aku butuhkan, membacanya berulang kali, membandingkan antara setiap jurnal,
berpikir dan mengetikkan setiap hurufnya. Jujur aku sangat kelelahan, tapi
terkadang aku juga memaksakan diri aku sendiri hanya karena aku ‘sedikit lebih
lambat dari orang lain’ sehingga aku berpikir, mungkin memang pada dasarnya aku
harus ‘bekerja sedikit lebih keras daripada orang lain’. Sayangnya, hal seperti
itu, jarang sekali orang lain untuk bersikap peduli atau sekadar mengatakan
beberapa kalimat yang membantu aku supaya aku lebih menghargai prosesku.
Terkadang itulah yang membuat aku merasa kesulitan untuk bangkit dari rasa
depresiku.
Sebenarnya sudah beberapa hari ini kondisi mental aku sangat baik, benar-benar
baik. Aku menikmati hidupku bahkan untuk setiap napas yang aku hembuskan aku
menikmatinya. Kondisi ini bermula ketika aku mengikuti kegiatan liburan bersama
para tetangga kompleks perumahanku. Aku pergi ketempat yang memiliki
pemandangan yang indah, pohon cemara tinggi menjulang, deretan tanaman teh yang
ada dimana-mana juga udara yang begitu sejuk dan menyegarkan. Saat itu, aku
belum bisa menikmatinya, aku masih bergelut dengan pikiranku dan rasa
depresiku, namun saat itu aku berusaha untuk mulai menghibur diriku sendiri dan
belajar untuk bersyukur dan menikmati momen saat itu.
Perlahan aku mulai menikmati pemandangan indah yang terhampar di depan
mataku aku juga melihat matahari yang mulai terbenam bahkan udara dingin yang
mulai menusuk kulit. Aku berusaha menikmatinya setiap jengkal alam yang ada
disekitarku. Bahkan ketika pagi menjelang dan aku berdiri sambil melihat siluet
cahaya matahari yang mulai nampak disana. Aku menghirup napas dalam-dalam dan
menghembuskannya. Beberapa kali aku bergelut dengan pikiranku aku pun menemukan
sebuah jawaban yang perlahan mengubah pikiranku dan membuat aku menjadi seperti
sekarang.
Waktu itu aku berkata “Kamu tahu, apa yang kamu lalui sekarang ini bukan
karena kamu ‘lambat’ bukan karena kamu malas ataupun bodoh, tidak sekalipun
kamu seperti itu. Kamu tidaklah lambat ataupun mereka yang mendahului kamu juga
bukan berarti mereka lebih cepat. Tidak ada kata lebih lambat ataupun lebih
cepat untuk kalian khususnya kamu.
Kenapa? Karena baik kamu ataupun mereka kalian sama-sama berjuang,
kalian sama-sama berusaha keras, sama-sama melakukan yang terbaik. Baik kamu
ataupun mereka, kalian hebat. Jadi kamu jangan terlalu khawatir ataupun mengkhawatirkan
banyak hal karena pada dasarnya kamu sudah berusaha merekapun juga berusaha.
Kamu jangan khawatir dan jangan berpikir bahwa mereka hebat ataupun apalah itu
karena sejatinya kamu juga hebat. Okay. Aku bersyukur karena kamu bisa bertahan
dan melewati ini semua, tidak apa-apa kamu pasti bisa berhasil.”
Kalimat itu rasanya seperti aku sedang dipeluk dan diusap-usap rambutku.
Rasanya hangat dan menenangkan. Meskipun begitu, tentu saja aku tidak langsung
menerimanya, aku tetap berpikir dan yaa pada akhirnya aku mulai untuk melakukan
beberapa kegiatan yang aku senangi dan menikmatinya. Aku berharap perasaan
bahagia dan damai yang aku rasakan bisa bertahan lebih lama lagi. Setidaknya
dengan begini aku bisa berusaha lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar