Berita HITZ

11 November 2022

Surat Untuk Diriku

 


Halo ini penulis novel berjudul “shadow” yang mana novel itu sepertinya tidak akan selesai. Tapi satu hal yang cukup membuat aku terkejut, bahwa ternyata beberapa hal yang aku tulis menjadi sebuah kenyataan. Aku merasa itu seperti ada sedikit keajaiban. (novel "shadow" adalah novel yang aku buat ditahun 2016 dan sampai kapanpun novel itu tidak akan pernah selsai ataupun diterbitkan)

Ah, ini sudah memasuki 2022. Di usiaku yang semakin beranjak dewasa, aku sudah mulai melewati berbagai hal yang ternyata jauh lebih menyakitkan. Kali ini bukan cinta, karena sepertinya cinta sudah bukan menjadi prioritas utamaku.

Sekarang ini aku sedang menyusun proposal skripsi, di semesterku yang mulai memasuki semester sembilan. Jujur tidak pernah sekalipun aku terbayang, bukan, lebih tepatnya aku tidak percaya jika aku harus melewati proses skripsi ini melebihi standar orang lain.

Jangan ditanya bagaimana perasaanku yang jelas untuk saat ini, berhubung aku sedang baik-baik saja jadi aku berusaha untuk menghargai dan menikmati prosesku. Aku berusaha untuk bersyukur dengan segala hal yang pernah aku lalui.

Setidaknya aku belum berhenti, setidaknya setiap hari aku berproses dan bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini. Meskipun, jujur saja adakalanya aku merasa berdosa karena sehari dalam beberapa jam lamanya aku duduk di depan laptop tidak menghasilkan banyak hal. Aku memang membencinya karena aku merasa aku terlalu ‘lambat’. Aku benci sekali dengan yang namanya ‘lambat’ bahkan ketika aku berusaha untuk bekerja lebih keras dan berusaha secepat mungkin aku tidak pernah bisa menghasilkan lebih banyak dari yang aku harapkan. Belum lagi ditengah prosesku yang tergolong lambat, perasaan lelah fisik yang aku alami justru sama seperti orang pada umumnya. Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, “ kalo begini kapan aku bisa cepat selesai?” ucapku beberapa saat setelah meregangkan tubuh yang pegal karena duduk beberapa jam lamanya.

Meskipun begitu, seberapa banyak aku mengeluh, marah ataupun menangis sekalipun, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan saat ini. Aku berusaha keras untuk mengerjakkan skripsi, aku berusaha berproses setiap hari. Aku membuka tutup halaman internet mencari berbagai data-data yang aku butuhkan, membacanya berulang kali, membandingkan antara setiap jurnal, berpikir dan mengetikkan setiap hurufnya. Jujur aku sangat kelelahan, tapi terkadang aku juga memaksakan diri aku sendiri hanya karena aku ‘sedikit lebih lambat dari orang lain’ sehingga aku berpikir, mungkin memang pada dasarnya aku harus ‘bekerja sedikit lebih keras daripada orang lain’. Sayangnya, hal seperti itu, jarang sekali orang lain untuk bersikap peduli atau sekadar mengatakan beberapa kalimat yang membantu aku supaya aku lebih menghargai prosesku. Terkadang itulah yang membuat aku merasa kesulitan untuk bangkit dari rasa depresiku.

Sebenarnya sudah beberapa hari ini kondisi mental aku sangat baik, benar-benar baik. Aku menikmati hidupku bahkan untuk setiap napas yang aku hembuskan aku menikmatinya. Kondisi ini bermula ketika aku mengikuti kegiatan liburan bersama para tetangga kompleks perumahanku. Aku pergi ketempat yang memiliki pemandangan yang indah, pohon cemara tinggi menjulang, deretan tanaman teh yang ada dimana-mana juga udara yang begitu sejuk dan menyegarkan. Saat itu, aku belum bisa menikmatinya, aku masih bergelut dengan pikiranku dan rasa depresiku, namun saat itu aku berusaha untuk mulai menghibur diriku sendiri dan belajar untuk bersyukur dan menikmati momen saat itu.

Perlahan aku mulai menikmati pemandangan indah yang terhampar di depan mataku aku juga melihat matahari yang mulai terbenam bahkan udara dingin yang mulai menusuk kulit. Aku berusaha menikmatinya setiap jengkal alam yang ada disekitarku. Bahkan ketika pagi menjelang dan aku berdiri sambil melihat siluet cahaya matahari yang mulai nampak disana. Aku menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Beberapa kali aku bergelut dengan pikiranku aku pun menemukan sebuah jawaban yang perlahan mengubah pikiranku dan membuat aku menjadi seperti sekarang.

Waktu itu aku berkata “Kamu tahu, apa yang kamu lalui sekarang ini bukan karena kamu ‘lambat’ bukan karena kamu malas ataupun bodoh, tidak sekalipun kamu seperti itu. Kamu tidaklah lambat ataupun mereka yang mendahului kamu juga bukan berarti mereka lebih cepat. Tidak ada kata lebih lambat ataupun lebih cepat untuk kalian khususnya kamu.  Kenapa? Karena baik kamu ataupun mereka kalian sama-sama berjuang, kalian sama-sama berusaha keras, sama-sama melakukan yang terbaik. Baik kamu ataupun mereka, kalian hebat. Jadi kamu jangan terlalu khawatir ataupun mengkhawatirkan banyak hal karena pada dasarnya kamu sudah berusaha merekapun juga berusaha. Kamu jangan khawatir dan jangan berpikir bahwa mereka hebat ataupun apalah itu karena sejatinya kamu juga hebat. Okay. Aku bersyukur karena kamu bisa bertahan dan melewati ini semua, tidak apa-apa kamu pasti bisa berhasil.”

Kalimat itu rasanya seperti aku sedang dipeluk dan diusap-usap rambutku. Rasanya hangat dan menenangkan. Meskipun begitu, tentu saja aku tidak langsung menerimanya, aku tetap berpikir dan yaa pada akhirnya aku mulai untuk melakukan beberapa kegiatan yang aku senangi dan menikmatinya. Aku berharap perasaan bahagia dan damai yang aku rasakan bisa bertahan lebih lama lagi. Setidaknya dengan begini aku bisa berusaha lebih baik lagi.

Tidak ada komentar: