Berita HITZ

22 Desember 2018

Metode Client Centered Theraphy Carl Rogers


TEORI CARL ROGERS


A.    
Biografi Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien atau pembelajaran yang berpusat pada murid (client centered). Rogers lahir di Oak Park, Illimois, pinggiran Chicago Amerika Serikat pada tanggal 8 Januari 1902. Ia berkebangsaan Amerika Serikat. Pernah belajar di Universitas Wisconsin-Madinson, lalu di Teachers Collefe, Universitas Columbia. Ayahnya,  Walter A. Rogers, serorang pekerja teknik sipil dan ibunya Julia M. Crushing sebagai seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostalyang setia. Carl adalah anak keempat dari enam bersaudara.

B.     Karya-Karya Carl Rogers
Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya “Counseling and Psychotherapy”. Kemudian, tahun 1945, dia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat terkenal Client—Centered Therapy diluncurkan, yang memuat garis besar teorinya. Tahun 1957, dia kembali mengajar di almamaternya, University of Wisconsin. Sayangnya, saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi dan Rogers merasa sangat kecewa dengan system pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1964, dengan senang hati dia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Disini dia memberikan terapi, ceramah—ceramah dan menulis karya—karya ilmiah sampai ajal menjemputnya tahun 1987.

C.    Manusia dalam pandangan Carl Rogers
Rogers percaya manusia adalah jenis makhluk positif, rasional dan realistis dan terus bergerak maju menuju kesempurnaan mereka sendiri. Selain itu, orang-orang selalu bergerak menuju kesempurnaan mereka sendiri namun, kadang-kadang mereka tidak yakin tentang potensi dan potensi mereka dan dengan cara ini mereka akan menggunakan seni bela diri jika diperlukan dalam melindungi kebutuhan mereka sendiri. Seni bela diri yang berlebihan akan menyebabkan situasi menjadi merusak diri sendiri. Untuk pengembangan kepribadian manusia.
            Rogers mempertimbangkan tiga faktor yaitu organisme, harga diri, dan pengalaman yang memainkan peran penting. Organisme berarti bahwa individu dipandang secara komprehensif dan aspek fungsional seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Bahkan, itu berarti organisme dinamis yang mengandung nilai dan tujuan yang mempengaruhi perilaku organisme. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini akan bertindak terhadap nirwana swadaya sementara pengalaman terakhir adalah kumpulan pengalaman dan penghargaan yang diterima dari orang lain seperti penerimaan tanpa syarat. Bagi Rogers, manusia tidak perlu dikontrol atau mengatur hidupnya hanya sebagai penerimaan yang murni dan tidak terkondisi dan pemahaman diri dengan cara yang bebas dari alam atau kondisi yang kejam, menyakitkan dan tidak bermoral.

<script data-ad-client="ca-pub-7351021323858199" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

D.    Konsep Psikologi Carl Rogers
Carl Rogers merupakan salah seorang tokoh yang mencetuskan teori psikologi kepribadian yaitu mengenai Self.
Konsep kepribadiannya yaitu:
          Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dan bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
          Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri
          Manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, heterostatis, dan sukar dipahami.
          Teori Carl Rogers adalah memanusiakan manusia
Struktur kepribadian
a)      Organism
• Organism adalah makhluk hidup lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat.
• Subyjective reality organisme, menanggapi dunia seperti yang diamati atau didalamnya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif, bukan benar-benar salah.
• Holism organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan aktualisasi diri, mempertahankan diri dan mengembangkan diri.
b)      Phenomenal field (medan fenomenal)
Adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari antara lain:
- Pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar),
- Meliputi pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri),
- Semua persepsi bersifat subyektif, benar bagi diri sendiri,
- Medan fenomenal seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna.
c) Self
Merupkan bagian medan fenomenal yang terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari pada “i” atau “me”. Self mempunyai macam-macam sifat yaitu:
·         Self berkembang dari interaksi orgainisme dengan lingkungannya,
·         Self mungkin berinteraksi nila-nilai orang lain dan mengamatinya dengan cara atau bentuk yang tidak wajar,
·         Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
·         Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self,
·         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pengamatan (maturation) dan belajar.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.      Incongruence, adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.       Congruence, berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

E.     Madzhab Humanistik Carl Rogers
Mazhab ini merupakan memiliki pandangan terhadap psikoterapi yang menekankan pengalaman subjektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan  satu arah baru dalam hidup. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Adapun Tokoh dari pendekatan humanistik adalah Carl Rogers. Pendekatan humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Pandangan ini dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan darisudut kemanusiaanya itu sendiri.
Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya.
Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang manusia sebagai mesin. Humanistik merubah paradigm tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai sebagai suatu kesatuan yang utuh. Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini.
Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight klien.
Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers) : Rogers percaya bahwa orang-orang memilki kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan. Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat hambatan yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization. Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidak bahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis.
Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.

Abraham Maslow Tokoh Humanistik


PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW






A.    BIOGRAFI ABRAHAM HARLOD MASLOW

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.1 Abraham Harold Maslow adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Orang tuanya adalah imigran berkebangsaan Rusia-Yahudi yang pindah ke Amerika Serikat sebagai pembuat senjata. Pada masa kanak-kanaknya. Maslow adalah satu-satunya anak laki-laki Yahudi di sebuah perkampungan non Yahudi di pinggiran kota Brooklyn. Ia sendiri seperti merasa sebagai orang negro pertama yang berada di sekolah yang seluruh muridnya adalah anak-anak kulit putih dan diperlakukan sama seperti anak-anak negro, terisolasi, tertekan dan tidak bahagia.
Sejak kecil, Maslow berbeda dengan yang lain. Ia seorang yang pemalu, neurotik, dan depresif namun memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kecerdasan otak yang luar biasa. Dengan IQ 195, ia unggul di sekolah.  Ketika beranjak remaja, Maslow mulai mengagumi karya para filsuf seperti Alfred North Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Plato, dan Baruch Spinoza. Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah senang membaca. Pagi-pagi dia pergi ke perpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila berangkat ke sekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam tersebut dia pergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Di samping berkutat dalam kegiatan kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis. Ia bekerja sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja pada perusahaan keluarga.  Di samping berkutat dalam kegiatan kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis. Ia bekerja sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja pada perusahaan keluarga.

B.     PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW
         Manusia adalah makhluk yang kreatif,yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksaddaran (psikoanalisis),melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.Pada tahun 1958 Maslow menamakan psikologi humanistik sebagai ”kekuatan yang ketiga”, disamping psiklogi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.
         Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya,yang tercermin dalam bukunya ”motivation and personality”. Ia mengajukkan teori tentang hierarchy of needs. Kebutuhan-kebutuhan atau needs ini adalah innate,yaitu:

1.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang berkaitan langsung dengan kelangsungan hidup manusia,sehingga pemuasannya tidak dapat ditunda. Kebutuhan-kebutuhan dasar biologis antaralain adalah meliputi kebutuhan makan, minum, oksigen, istirahat, aktif, keseimbangan temperature, seks, dan stimulasi sensorik. Kebutuhan – kebutuhan ini akan mendesak untuk didahulukan pemuasannya disbanding kebutuhan-kebutuhan lain. Seorang individu tidak akan beranjak pada kebutuhan lain,sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi.
Konsep Maslow tentang kebutuhan fisiologis ini, sekaligus merupakan jawaban terhadap pandangan behaviorisme, bahwa satu-satunya motivasi tingkah laku seseorang adalah kebutuhan fisiologis. Bagi Maslow,konsep ini dapat hanya berlaku jika kebutuhan fisiologis belum dapat terpenuhi. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, seorang individu akan menuntut kebutuhan lain yang lebih tinggi begitu seterusnya.
2.      Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs)
Kebutuhan akan keamanan merupakan kebutuhan dasar kedua yang mendominasi dan memerlukan pemuasan setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Adapun hal-hal yang masuk dalam kategori kebutuhan akan keamanan antaralain adalah : keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, kekuatan pada diri pelindung dan lain-lain.

3.      Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the belongingness and love needs)
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan akan rasa amannya, ia akan beralih kepada kebutuhan berikutnya, yakni kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. Sebuah dorongan dimana seorang individu berkeinginan untuk menjalin hubungan relasional secara efektif atau emosional dengan individu lain, baik dalam lingkungan keluarga maupun diluarnya.
Perasaan saling percaya dengan hubungan sehat penuh kasih adalah bagian dari perasaan cinta yang sessungguhnya. Tanpa adanya perasaan saling percaya, hubungan cinta seseorang akan menjadi rapuh dan rusak. Seringkali cinta menjadi runtuh jika salah satu pihak ada perasaan takut kesalahan-kesalahannya terungkap. Perasaan ini akan menjadikan hubungan cinta menjadi dangkal. Kebutuhan cinta adalah meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

4.      Kebutuhan akan penghargaan (the esteem needs)
Setelah kebutuhan akan cinta dan memiliki terpenuhi, kebutuhan mendasar berikutnya yang muncul adalah kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan ini berasal dari dua hal: pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan, kemampuan, dan kepercayaan diri; kedua, nama baik, gengsi, prestise, status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti penting, martabat, atau presiasi. Kategori pertama berasal dari diri sendiri, dan yang kedua berasal dari orang lain.
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the needs for self-actualization) (Maslow, 1970).

Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi maka kebutuhan lain yang lebih tinggi menuntut untuk dipenuhi,demikian seterusnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku  yang Nampak juga perilaku yang tidak nampak mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Intropeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psiokologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif, menentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukkan perilakunya.

Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik yaitu:
1.      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami,dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia,seperti kreatifitas, aktualisasi diri,sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemulian dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu(Misiak dan Sexton,1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistic,juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.
C.    TEORI AKTUALISASI DIRI (SELF- ACTUALIZATION)

1.      Konsepsi Metamotivation atau B-values
    Abraham Maslow mendasarkan teorinya tentang aktualisasi diri pada asumsi dasar, bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai instrinsik kebaikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Maslow dalam teorinya tentang hirarki kebutuhan, bahwa kebutuhan manusia didorong oleh dua bentuk motivasi, yakni motivasi kekurangan ( deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan ( growth motivation).

2.      Karakteristik Aktualisasi diri
a.   Mampu melihat realitas secara lebih efisien
b.   Penerimaan terhadap diri sendiri, orang lain dan kodrat
c.   Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran.
d.   Terpusat pada persoalan
e.   Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian
f.    Otonom; kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan
g.   Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
h.   Pengalaman puncak



D.    PANDANGAN ISLAM TENTANG TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW

Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki potensi yang baik. Psikologi ini memusatkan perhatiannya untuk menelaah kualitas-kualitas insan, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang melekat pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi kreativitas, dan kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, sikap etis, rasa estetika, dan lain-lain. Kualitas-kualitas ini merupakan ciri khas manusia dan tidak dimiliki oleh mahluk lain semisal binatang. Humanistik memandang manusia sebagai pemilik otoritas atas dirinya sendiri. Asumsi ini menujukan bahwa manusia adalah mahluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan hamper segala tingkah lakunya. Seluruh aktivitas ini diarahkan untuk menumbuhkan serta mengembangkan harkat dan martabat manusia.
Islam memandang manusia dari 3 aspek yaitu aspek Jismiah, nafsiah, dan ruhaniah.Aspek Jismiah adalah aspek yang meliputi organ fisik-biologis manusia dengan segala perangkat-perangkatnya. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas khas manusia berupa pikiran, perasaan, kemauan, dan kebebasan. Aspek ruhaniah adalah aspek yang mencakup psikis manusia yang berisfat spiritual karena manusia pada dasarnya memiliki potensi beragama, artinya manusia butuh kepada Tuhan.
Humanistik Abraham Maslow hanya mencakup daripada dua aspek saja yaitu aspek jismiah dan aspek nafsiah. Teori herarchy of need (herarki kebutuhan) Maslow juga tidak tepat dalam pandangan Islam. Maslow mengatakan bahwa terpenuhinya satu jenjang kebutuhan merupakan syarat untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Sedangkan Islam memandang manusia mencapai tingkat aktualisasi diri yang dijelaskan Maslow tidak harus memenuhi perjenjang kebutuhan.

Psikoanalisis Sigmund Freud



PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD



1.      Biografi Sigmund Freud
Lahir di Monovia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 September  1939. Merupakan anak sulung dari keluarga Viena tediri dari tiga laki-laki dan lima perempuan. Selama hidupnya Sigmund Freud ditempa sangat otoriter oleh Ayahnya dan dengan uang yang terbatas. Namun orang tuanya tetap memberi motivasi kapasitas intelektual kepada anak-anaknya yang tampak jelas.
Sigmund Freud terkenal dengan teori psikoanalisis, menurut Freud tingkah laku manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan impulsif bawah sadar yang ditransformasikan sedemiakian rupa menjadi berbagai wujud tingkah laku. Freud mengembangkan psikoanalisis sebagai kerangka teoritis dan metode untuk memahami jiwa-jiwa manusia. Beliau juga mengansumsikan  bahwa psikis manusia ketidaksadaran lebih mempegaruhi tingkah laku jika dibandingkan kesadaran , atau biasa dikenal dengan Teori Gunung Es.

2.      Manusia dalam Pandangan Sigmund Freud
Menurut Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasioanal yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual pada masa enam tahun pertama manusia hidup. Dalam pandangan Freud semua perilaku baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) disebabkan oleh peristiwa mental yang sebelumnya.
Teori Sigmund Freud yang dikenal teori gunung es terdapat struktur mental yaitu :
1.      Id adalah berisi energi psikis yang hanya memikirkan kesenangan saja.
2.      Superego adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai yang diserap individu dari lingkungannya.
3.      Ego adalah pengawas realitas

3.      Konsep Sigmund Freud tentang Psikis Individu
1.      Conscious dan Unconscios
 Sigmund Freud membagi kepribadian menjadi 3  tingkatan kesadaran yaitu :
·         Alam Sadar (conscious)
·         Alam  Prasadar (preconscious)
·         Alam Bawah Sadar (unconscious) 
Menurutnya yang lebih mendominasi perilaku adalah unconscious karena pada dasarnya keinginan manusia bersifat merangsang. Unconscious bersifat logical.

2.      The Motivated Conscious
 Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia lebih kepada conscious (sadar). Jika keinginan individu tidak terpenuhi maka akan timbul rasa ketidaknyamanan dan sedih. Dalam teori ini EGO berperan sebagai eksekutif yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian. Dapat dianalogikan seperti Polisis Lalu Lintas yang selalu mengontrol ID, SUPEREGO dan Dunia Luar.
4.      Mazhab Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dianggap termasuk obat segala penyakit. Termasuk penyakit “HISTERIA”. Sejak saat itu Freud bersama temannya yaitu doktor Josel Breurer menyelidiki penyebab histeria yang berhubungan psikis. Pasien yang menjadi objek adalah Anna O. Dalam menyelidiki kasus ini keterangan yang disampaikan Anna 0 memiliki ketidakberuntutan, seperti ada yang terbelah dari kepribadian si pasien.
Penyelidikan inilah dapat disimpulkan oleh Sigmund Freud bahwa struktur psikis manusia  Id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, kesadaran.

5.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Sigmund Freud
Ø  Kelebihan
1.      Menyadarkan dorongan tertentu dan kekuatannya.
2.      Betapa besar pengaruh keluarga dalam pembentukan jati diri individu.
3.      Id dan Ego akan ada dalam diri manusia.
4.      Kenangan dan trauma menjadi ketidakstabilan  jiwa seseorang.
5.      Mekanisme pertahanan diri.

Ø  Kelemahan
   Teori yang tidak bisa diterima yakni oedipus kompleks, kecemasan dikebiri, dan penis envy.
   Misalnya dalam sebuah keluarga seorang anak ingin berhubungan dekat dengan Ibunya, sedangkan yang berjenis kelamin sama yaitu Anak Laki-Laki dengan Ayahnya akan berkompetisi untuk mendapatkan kasih sayang Ibunya. Hal ini sanyat ditentang karena tidak semua manusia hidup didorong nafsu seks.
    Kenyataannya tidak segala aktivitas manusia yang kita lakukan tidak selalu berhubungan dengan seks.

Teori William James


TEORI WiLLIAM JAMES


A.    Biografi William James

William James lahir pada tanggal 11 Januari 1984 di New York City. Ayahnya, seorang kaya raya yang mandiri, adalah seorang penulis masalah-masalah teologis. Masa pendidikan awal James terkadang terganggu, ia mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang luas dan bervariasi, ia dapat belajar bahasa Perancis dan Jerman. Pada tahun 19864, ia sangat tertarik pada seni, tetapi sains menang dan ia masuk Harvard Medical School dengan mendapatkan gelar M.D pada tahun 1869. Pada tahun 1872 ia menjadi seorang guru psikologi di Harvard. Dorongan dan pluralisme dari komunitas akademik ini terbukti menjadi latar belakang bagi James. Di samping menaruh perhatian pada struktur tubuh, ia terpukau dengan persoalan struktur pikiran dan emosi manusia dan berbagai variasi pengalaman manusia. Ia juga disulitkan dengan masalah yang berkenaan dengan perdebatan antara kebebasan dan determinisme, kemungkinan kebenaran pasti, dan realitas Tuhan.

B.     Madzhab madzhab william james
1.      Pragtisme
            James memekankan nilai paragtisme untuk psikologi, kaidah utama yang menyatakan bahwa validitas dari sebuah ide atau konsepsi harus diuji melalui konsekuensi-konsekuensi praktisnya.  Ekspresi populer dari sudut pandang pragmatis adalah “segala sesuatu adalah benar jika bisa berfungsi”.  Pragtisme dikembangkan pada 1890 oleh Charles Sanders Peirce, seorang matematikawan dan filosof sekaligus sahabat seumur hidup james. 
2.      Teori Emosi
Diterbitkan dalam sebuah artikel tahun 1884 dan kemudian dimuat dalam The Principles, yang bertentangan dengan pemikiran mengenai hakikat emosi kondisi emosional yang ada saat itu.  Kalangan psikologi berasumsi bahwa pengalaman mental subyektif dari sebuah emosi akan mengawali ekspresi atau aksi jasmani.
3.      Tiga bagian Diri
James berpendapat, bahwa perasaan seseorang tentang dirinya terdiri dari tiga aspek :
·         Diri materi : terdiri dari segala sesuatu yang kita sebut sebagai hanya dimiliki oleh diri kita, seperti tubuh kita, keluarga, rumah atau gaya berpakaian.
·         Diri social : merujuk pada pengakuan yang kita terima dari orang lain
·         Diri spiritual : merujuk pada diri batin atau sunyektif kita.
4.      Teori Kebiasaan
Tindakan repetitif atau kebiasaan melibatkan sistem syaraf dan dapat meningkatkan kelenturan materi syaraf.  Sebagai akibatnya, kebiasaan menjadi lebih mudah dilakukan pada pengulangan berikutnya dan hanya membutuhkan lebih sedikit perhatian sadar.

Sejarah Psikologi Menjadi Ilmu yang Mandiri


PSIKOLOGI AWAL WUNDT


A.    Ide Munculnya Psikologi Sebagai Ilmu yang Mandiri

Pada akhir abad ke 19 tahun 1879 Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagai tokoh psikologi ekperimental Wundt memperkenalkan metode intropeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut struktualisme karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementrisme dan ada mekanisme tertentu dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lain sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut asosiasi. Oleh karena itu Wundt juga dianggap sebagai tokoh asosianisme.
Edward Bradford Titchener (1867-1927 mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Tetapi orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh-tokoh nya antara lain:
a)         Wilhiem James 1842-1910
b)         James M keen cattel 1866-1944
Aliran ini mengutamakan fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotes) oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
Meskipun sudah menekankan pragmatisme namun aliran fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar psikologi hanya mempelajari hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku ynag nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek psikologi (behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958 yang kemudian dikembangkan oleh Edwerd Chase Tolman (1886-1959) dan B. F. Skinner (1904).
Selain di Amerika di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat keritik dan koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wudnt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan dalam alam pikiran. Kulpe berpendapat pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (Imageless Thought).
Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran gestalk menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti aliran ini) harus dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu Gestalt) yang tidak terpecah dalam bagian-bagian.  Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967). Di Lepzig pada tahun 1924 Krueger memperkenallkan istilah ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri namun menurut tokohnya krueger, Ganzaik tidak sama dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek padahal yang terpenting adalah pengahyatan secara menyeluruh ruang dan waktu bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
Perkembanagn lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “teori medan (field theory)” dari kurt lewin (1890-1947). Mulanya lewin tertarik pada faham gestalt, tetapi kemudian ia mengritiknya karena dianggap tidak adekua. Namun demikian, berkat Lewin, sebagai pengembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “psikologi kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran gestalt yang dibawa lewin. Aliran psokologi kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (psikologi sosial). Diantara tokohnya adalah F.Heider dan L.Fertinger.
Akhirnya, lahirnya aliran psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khuhus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti jean martin charcot (1825-1893) dan piere janet (1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun sigmund freud lah (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan psikoanalisa. Karena psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau dibawah kesadaran manusia, maka psikoanalisa dikenal juga sebagai “psikologi dalam (Depth pshology)”.

A.    Laboratorium Wundt
Pada tahun 1875, ia pindah ke Leipzig, Jerman. Di universitas Leipzig ia mendirikan phsycological institute dimana ia juga memperoleh posisi sebagai profesor. Pada tahun 1879 ia mendirikan laboratorium psikologi yang menandakan bahwa psikologi menjadi cabang ilmu yang mandiri.
Dalam usahanya menyelidiki berbagai gejala kejiwaan di laboratoriumnya, Wundt banyak menggunakan metode eksperimen,karena itu ia dikenal sebagai seorang eksperimentalis. Dari itu Wundt menyadari bahwa eksperimen harus dilakukan dengan metode tertentu dan bahwa faktor pribadi tidak dapat diabaikan dalam penelitian psikologi. Karena itu Wundt menggunakan metode introspeksi atau selbsbeobachtung, dimana orang percobaan diminta untuk melihat ke dalam dirinya sendiri setelah suatu eksperimen dan menceritakan kembali apa yang dialami dan dirasakan selama eksperimen berlangsung. Karena itu Wundt dikenal sebagai seorang introspeksionis. Dalam salah satu karyanya ia menulis “Psychology begins with introspection” (Psikologi mulai dengan introspeksi). Mengenai introspeksi, Wundt mengajukan beberapa ketentuan, yaitu (a) observer harus mampu menentukan kapan proses itu terjadi, (b) observer harus memusatkan perhatiannya, (c) observer harus mampu mengulangi observasi berulang kali, (d) eksperimenter harus mampu mengontrol manipulasi dari stimulus.

B.     Pokok Pikiran Wundt
Deskripsi singkat mengenai pemikiran : Wundt menekankanm penelitiannya pada metode eksperimen yang menjelaskan cara untuk membawa mind kedalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris dan metode ini pula dalam Psikologi Fisiologis diakui Wundt sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi,dll).