Berita HITZ

22 Desember 2018

Sejarah psikologi ternyata dari ilmu filsafat lohh!


Psikologi sebagai bagian dari ilmu filsafat






A.    PSIKOLOGI BAGIAN dari ILMU FILSAFAT
            Psikologi sebagai suatu ilmu merupakan ilmu yang relatif muda dibanding dengan ilmu-ilmu yang lain. Jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf sejak zaman sebelum masehi. Filsafat sendiri sangat berpengaruh dalam psikologi karena para ahli psikologi pada masa itu adalah ahli filsafat. Pada saat itu ,para filsuf sudah membicarakan aspek kejiwaan manusia.tokoh-tokoh filsufat Yunani kuno,Plato dan Aristoteles. Pada zaman kuno tidak ada spesialisasi dalam lapangan keilmuan,jadi semua tergolong pada satu lapangan yaitu filsafat. Sementara ahli filsafat mengatakan bahwa filsafat adalah induk lmu pengetahuan. Sebagai induk ilmu pengetahuan,filsafat adalah ilmu yang mancari hakekat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus,sehingga mencapai pengertian yang hakikat tentang sesuatu.

B.     PLATO dan PEMIKIRANNYA (429-343M)
Plato adalah seorang yang menganut dualisme yang sebenar-benarnya.Tentang “jiwa“,Plato menyebukan sebagai bersifat immaterial. Pendapatnya jiwa menempati dua dunia  yaitu dunia sensoris (penginderaa) dan  dunia idea (yang bersifat aslinya adalah berfikir). Jiwa adalah bagian manusia yang tidak dapat mati,dan dunia tempat kita memandang idea-idea yang murni dan abadi. Plato sering disebut sebagai seorang rasionalis atau penganut paham rasionalisme. Plato mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide,menurut Plato,psyhe (jiwa) terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Berfikir,berpusat di otak dan dinamakan logisticon
2. Berkehendak,berpusat di dada dan dinamakan thumeticon
3. Keinginan,berusat di perut dan dinamakan abdomen
            Menurut Plato,bahwa tiap manusia sudah ditetapkan status dan kedudukan dalam masyarakat sejak lahir. Paham ini dinamakan Nataivisme.  Menurut Plato manusia satu dengan manusia yang lain itu berbeda.

C.    ARISTOTELES dan PEMIKIRANNYA (384-322M)
Aristoteles adalah murid Plato. Dalam bukunya  yang judulnya “De Anima” tentang sifat-sifat dasar jiwa dan “parra Naturalia” tentang esei-esei  mengenai beberapa topik seperti sensasi,persepsi,memori,tidur dan mimpi. Setiap benda di dunia mempunyai dorongan untuk tumbuh dan menjadi sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah terkandung dalam benda itu.
Istilah-istilah yang digunakan Aristoteles :
·         Hule          : terbentuk
·         Morphe      : yang membentuk
·         Entelechi   : dorongan tumbuh pada manusia berbentuk dorongan untuk merealisasikan diri
·         Dikotomi    : pandangan mengenai fungsi dari jiwa dibagi dua yaitu kemampuan untuk mengenal dan kemampuan berkehendak.
Dalam De Anima, Aristoteles mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Tingkah laku pada organisme.

D.    CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
·         Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
·         Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles 
·         Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Konsep pemikiran Alfred Adler dan Carl Gustav Jung


KONSEP PEMIKIRAN ALFRED ADLER dan CARL GUSTAV JUNG




A.    BIOGRAFI ALFRED ALDER
Alfred Adler adalah seorang psikolog, dokter, terapis, sekaligus pendiri awal aliran psikologi individual. Ia lahir di Wina pada tanggal 7 februari 1870. Ia tinggal di Austria dan pekerjaannya adalah sebagai Psikiatris, istrinya bernama Raissa Epstein, kemudian ia meninggal pada tanggal 28 Mei 1937.
Alferd Adler memulai karier sebagai seorang dokter spesalis mata, kemudian ia beralih menjadi dokter umum. Pada tahun 1910 ai besama Sigmund Freud, Rudolf Reitler, dan Wilhelm Stekel membentuk Vienna Psychoanalytic Society, sekaligus menjadikan Adler sebagai pemimpin pertamanya. Karena adanya sebuah ketidakcocokan pemikiran dengan psikoanalisa kemudian Adler memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai seorang pemimpin dan keluar dari komunitasnya. Walaupun terdapat perbedaan dalam komunitas itu tetapi Adler dan Freud tetap saling menghormati dan tetap mengakui kejeniusan satu sama lain.

B.     KONSEP PEMIKIRAN ALFRED RIDLER
Pemikiran-pemikiran Alferd Adler dipengaruhi oleh filsuf Hans Vaihinger dan karya sastra dari dostoevsky. Pada saat ia masih menjadi anggota dari Vienna Psychoanalytic Society, ia mengembangkan teori inferioritas organik dan kompensasi. Pengembangan ini menuntun Adler untuk masuk ke dalam dunia fenomenologi dan pengembangan karyanya terkenal dengan The Inferiority Complex.
Aliran Adler adalah Psikologi Individual yaitu yang memfokuskan pada psikologi sosial, komunitas, sekaligus psikologi dalam. Aliran psikologi individual didasari pemikiran bahwa hubungan seseorang terhadap masyarakat adalah bagian penting pembentuk kepribadian mereka.

C.    BIOGRAFI CARL GUSTAV JUNG
Carl Gustav Jung merupakan Psikiater Swiss dan perintis psikologi analitik. Pendekatan jung terhadap psikologi yang unik dan berpengaruh luas ditekankan pada pemahaman “psyche” melalui eksplorasi dunia mimpi,seni,mitologi,agama serta filsafat.
Ia lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, Swiss. ia adalah anak dari seorang pendeta desa yang bernama Paul Jung dan ibunya bernama Emile Preswerk Jung. Ayah Jung adalah fiolog dan seorang pendeta protestan, yang lahir dari keluarga yang banyak menghasilkan banyak ahli kitab suci,teolog, dan dokter.


D.    KONSEP PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG
Sebelum Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori psikoanalisis dan metode terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan nama psikoanalitik, dan secara konsisten dikembangkan selama ia bersatu dengan Freud(Jung 1913). Teorinya disebut psikoanalitik, karena mendasarkan ketidaksadaran jiwa, tetapi mempunyai banyak  perbedaan dengan teori Freud. Jung memandang menusia dengan menghubungkan teologi dan kausalitas. Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan rasanya, dan tujuan-tujuan dan aspirasi .Jadi faktor-faktor masa lalu dan masa yang akan datang berpengaruh pada tingkah laku manusia. Bahwa tingkah laku pada manusia yang baik dibimbing oleh masa lalu sebagai aktualitas dan masa yang akan datang sebagai potensialitas.

E.     PANDANGAN ADLER dan JUNG

Ø  Menurut Carl Gustav Jung
Pembagian Psyche
      Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan psyche. Psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan, dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Jung membagi Psyche menjadi 3 bagian yaitu: ego, personal unconscious ( alam bawah sadar personal ), collective unconscious ( alam bawah sadar kolektif )
Ø  Menurut Alferd Adler
Manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungab kepada orang lain.
Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut :
·         Individualitas sebagai pokok persoalan
·         Pandangan teologis : Finalisme semu
·         Dorongan kemasyarakatan
·         Gaya hidup, Leitlinie
·         Diri yang kreatif

F.     FREUD DAN FREUDIANISME
Sigmund Freud (lahir di Freiberg, 6 Mei 1856 & meninggal di London, 23 September 1939) adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Freud merupakan tokoh menonjol terkait dengan pendapat-pendapatnya di bidang psikologi. Banyak istilah-istilahnya yang digunakan oleh umum, misalnya: ego, super ego, dan kompleks Oedipus.

Ø  Freudianisme dan Budaya, menunjuk ke bukti kecerdasan, mimpi, dan apa yang disebut slip Freudian, ia menunjukkan bahwa seseorang dapat mengungkapkan koherensi dan makna signifikan dalam aspek bahasa manusia dan perilaku yang sebelumnya dianggap tidak berarti.
Ø  Freudianisme dan sastra, seperti teori-teori Marx, Freud menyediakan berbagai cara menyelidiki budaya manusia dan artefaknya, termasuk sastra. Temuannya telah menyebabkan kritik untuk memperlakukan karya sastra dari sudut pandang psiko-biografi, bertanya tentang ciri-ciri kepribadian atau trauma yang menjelaskan karya penulis.
Ø  Perbedaan Jung dan Adler dengan Freud
a.) Jung dan Adler
- Terbuka pada berbagai kemungkinan
- Melakukan pengujian pada hipotesa
- Fokus pada alam bawah sadar di luar kesadaran inidividu
- Alam bawah sadar terbentuk hanya sebagian oleh pengalaman individu
- Alam bawah sadar cenderung kreatif
b.) Freud
- Teori bersifat pasti dan 
spesifik

<script data-ad-client="ca-pub-7351021323858199" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
- Menekankan pada sistem tertutup dan langsung pada kesimpulan
- Fokus pada penggambaran struktur alam pikiran
- Berhipotesa bahwa keseluruhan alam bawah sadar terbentuk dari isi individu
- Alam bawah sadar bersifat patologis

Apa sih Psikologi kognitif dan transpersonal itu? Kamu Penasaran?


PSIKOLOGI KOGNITIF DAN TRANSPERSONAL


A.    Pengertian

1.      Psikologi Kognitif, adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah, kreativitas, dan pola pikir. Kognitivisme merupakan suatu bentuk materi yang sering disebut sebagai model kognitif atau perceptual. Di dalam model  ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Belajar  disini dipandang sebagai perubahan persepsi dan pemahaman,yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini juga menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.
2.       Psikologi Transpersonal, kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan persona berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal berarti melampaui gambaran manusia yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal berarti melampaui macam-macam topeng yang digunakan manusia. Psikologi transpersonal merupakan salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan agama.

B.     Tokoh-tokoh  Psikologi Kognitif dan Transpersonal

1.      Psikologi Kognitif
·         Jean Piaget
Dilahirkan  di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896  – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.          
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode ini.
2.      Psikologi Transpersonal
·         Carl Gustav Jun
Ia lahir di kesswill 26 juli 1875, jung lulus pada tahun 1900 sebagai dokter dirumah sakit terkenal burgholzli di zurich. Dan menikah dengan emma rauschenbach tahun 1903. Mereka dikaruniai tiga orang putri dan satu anak laki-laki, keluarga mereka tinggal di kusnacht, kota satelit dari zurich. Mereka menetap disana sampai akhir hayatnya.
Teori Jung dari kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu seperti produk dan wadah sejarah leluhur.
a)   Struktur kepribadian yaitu: ego, ketidak sadaran pribadi, kesadaran kolektif.
b)   Dinamika kepribadian yaitu: energy psikis, nilai-nilai psikis, daya konstlelasi suatu kompleks, Prinsip ekuivalensi, prinsip entropi, penggunaan energy.
c)   Perkembangan kepribadian yaitu: kausalitas versus teleology, sinkronisitas, hereditas, tahap-tahap perkembangan, progresi dan regresi, proses individual, fungsi transenden, sublimasi dan represi, perlambangan.

C.    PRINSIP DASAR PSIKOLOGI
1)      Prinsip dasar psikologi kognitif
a)      Prinsip teori Gestalt
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.
Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt:
• Pragraz (kejelasan)
• Closure (totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini INSIGHT, yaitu: pengmatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu situasi masalah.

b)      Cognitive Development (Jean Piaget )
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu :
• Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
• Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
• Interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social
• Ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu dapat mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.



2)      Prinsip dasar psikologi Transpersonal
a.       Fokus Pada Dimensi Spiritual
Konsep  Psikologi Transpersonal berfokus pada dimensi spiritual manusia yang dianggap bahwa dalam dimensi tersebut ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan yang luar biasa yang kadang diabaikan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman subjektif atau yang dinilai secara pribadi menurut pandangannya sendiri atau dari pengalaman luar bisa yang dialami oleh seseorang.
b.      Mengarah pada Kesadaran Manusia
Konsep Psikologi Transpersonal menunjukkan bahwa bidang ilmu psikologi ini mencoba untuk menjajaki lebih dalam dan melakukan telaah ilmiah pada dimensi yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang hanya berhubungan dengan kebatinan, ruhaniawan, agamawan, mistikus, atau sesuatu yang berhubungan dengan gaib.
c.       Pendekatan pada Perkembangan
Konsep Psikologi Transpersonal dimulai dari tahap prapersonal yakni ketika manusia masih berada dalam kandungan sampai usia 3 sd 4 tahun. pada masa ini, kesadaran hanya mengenai tentang keinginan untuk bertahan hidup, mendapatkan perlindungan, dan merasa terikat dengan orang lain atau membutuhkan bantuan orang lain.
d.      Mengakui Adanya Pandangan Spiritual
Psikologi Transpersonal mengakui bahwa kesadaran diri telah terurai serta telah mengakui adanya pandangan dunia spiritual dalam dirinya sebagai sesuatu yang utama dan membentuk proses atau sebagai terapi jiwa. Psikologi Transpersonal dapat digunakan oleh terapis dengan jalan mengarahkan seseorang pada komitmen atau pada orientasi dan pengalamannya terhadap kehidupan.
e.       Proses Pencerahan
Konsep Psikologi Transpersonal juga akan membantu memberikan pengalaman atau hidup yang lebih cerah karena secara tidak langsung telah membimbing seseorang untuk memiliki kepribadian atau akhlak yang lebih baik, terapis akan menggunakan teknik teknik yang mempertajam intuisi dan memperdalam kesadaran personal dan transpersonal tentang dirinya sendiri yang berhubungan dengan spiritual.

Metode Client Centered Theraphy Carl Rogers


TEORI CARL ROGERS


A.    
Biografi Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien atau pembelajaran yang berpusat pada murid (client centered). Rogers lahir di Oak Park, Illimois, pinggiran Chicago Amerika Serikat pada tanggal 8 Januari 1902. Ia berkebangsaan Amerika Serikat. Pernah belajar di Universitas Wisconsin-Madinson, lalu di Teachers Collefe, Universitas Columbia. Ayahnya,  Walter A. Rogers, serorang pekerja teknik sipil dan ibunya Julia M. Crushing sebagai seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostalyang setia. Carl adalah anak keempat dari enam bersaudara.

B.     Karya-Karya Carl Rogers
Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya “Counseling and Psychotherapy”. Kemudian, tahun 1945, dia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat terkenal Client—Centered Therapy diluncurkan, yang memuat garis besar teorinya. Tahun 1957, dia kembali mengajar di almamaternya, University of Wisconsin. Sayangnya, saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi dan Rogers merasa sangat kecewa dengan system pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1964, dengan senang hati dia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Disini dia memberikan terapi, ceramah—ceramah dan menulis karya—karya ilmiah sampai ajal menjemputnya tahun 1987.

C.    Manusia dalam pandangan Carl Rogers
Rogers percaya manusia adalah jenis makhluk positif, rasional dan realistis dan terus bergerak maju menuju kesempurnaan mereka sendiri. Selain itu, orang-orang selalu bergerak menuju kesempurnaan mereka sendiri namun, kadang-kadang mereka tidak yakin tentang potensi dan potensi mereka dan dengan cara ini mereka akan menggunakan seni bela diri jika diperlukan dalam melindungi kebutuhan mereka sendiri. Seni bela diri yang berlebihan akan menyebabkan situasi menjadi merusak diri sendiri. Untuk pengembangan kepribadian manusia.
            Rogers mempertimbangkan tiga faktor yaitu organisme, harga diri, dan pengalaman yang memainkan peran penting. Organisme berarti bahwa individu dipandang secara komprehensif dan aspek fungsional seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Bahkan, itu berarti organisme dinamis yang mengandung nilai dan tujuan yang mempengaruhi perilaku organisme. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini akan bertindak terhadap nirwana swadaya sementara pengalaman terakhir adalah kumpulan pengalaman dan penghargaan yang diterima dari orang lain seperti penerimaan tanpa syarat. Bagi Rogers, manusia tidak perlu dikontrol atau mengatur hidupnya hanya sebagai penerimaan yang murni dan tidak terkondisi dan pemahaman diri dengan cara yang bebas dari alam atau kondisi yang kejam, menyakitkan dan tidak bermoral.

<script data-ad-client="ca-pub-7351021323858199" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

D.    Konsep Psikologi Carl Rogers
Carl Rogers merupakan salah seorang tokoh yang mencetuskan teori psikologi kepribadian yaitu mengenai Self.
Konsep kepribadiannya yaitu:
          Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dan bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
          Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri
          Manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, heterostatis, dan sukar dipahami.
          Teori Carl Rogers adalah memanusiakan manusia
Struktur kepribadian
a)      Organism
• Organism adalah makhluk hidup lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat.
• Subyjective reality organisme, menanggapi dunia seperti yang diamati atau didalamnya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif, bukan benar-benar salah.
• Holism organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan aktualisasi diri, mempertahankan diri dan mengembangkan diri.
b)      Phenomenal field (medan fenomenal)
Adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari antara lain:
- Pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar),
- Meliputi pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri),
- Semua persepsi bersifat subyektif, benar bagi diri sendiri,
- Medan fenomenal seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak sempurna.
c) Self
Merupkan bagian medan fenomenal yang terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari pada “i” atau “me”. Self mempunyai macam-macam sifat yaitu:
·         Self berkembang dari interaksi orgainisme dengan lingkungannya,
·         Self mungkin berinteraksi nila-nilai orang lain dan mengamatinya dengan cara atau bentuk yang tidak wajar,
·         Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
·         Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self,
·         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pengamatan (maturation) dan belajar.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.      Incongruence, adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.       Congruence, berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

E.     Madzhab Humanistik Carl Rogers
Mazhab ini merupakan memiliki pandangan terhadap psikoterapi yang menekankan pengalaman subjektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan  satu arah baru dalam hidup. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Adapun Tokoh dari pendekatan humanistik adalah Carl Rogers. Pendekatan humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Pandangan ini dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan darisudut kemanusiaanya itu sendiri.
Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya.
Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang manusia sebagai mesin. Humanistik merubah paradigm tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai sebagai suatu kesatuan yang utuh. Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini.
Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight klien.
Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers) : Rogers percaya bahwa orang-orang memilki kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan. Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat hambatan yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization. Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidak bahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis.
Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.