Berita HITZ

27 Maret 2020

Gejala Corona or psikosomatik?



UIN WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS PSIKOLOGI dan KESEHATAN 
PRODI PSIKOLOGI
Penulis : Nisa Azzahra
(1807016003)

COVID19

Pada saat kita mendengar berita mengenai virus corona atau COVID19 seketika akan merasakan gejala tersebut seperti tenggorokan gatal, hidung tersumbat, badan terasa nyeri, suhu tubuh terasa demam padahal suhu terbilang normal. Itu merupakan reaksi psikosomatik.



Salah satu yg membuat reaksi ini bisa timbul adalah KECEMASAN kita yang dipicu oleh berita-berita yang terus menerus terkait COVID19 ini.

Dalam buku Psychiatric Mental HealtNursing (2006) Somatofrom Disorder merupakan interaksi yang kompleks antara pikiran dan tubuh dan menyebakan penderita mengalami gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan dan sering kali juga pasien mengalami gangguan jiwa lainnya. Dalam PPDGJ III gangguan Somatofrom mempunyai ciri utama yaitu adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.

Mekanisme terjadinya psikosomatis oleh Maramis (2004) dijelaskan bahwa, ketika ada suatu stimulus emosi datang pada diri individu kemudian akan ditangkap oleh pancaindera, stimulus tersebut diteruskan ke sistem limbik yang merupakan pusat emosi. Dari sistem limbik, emosi disadari dan kemudian diambil keputusan-keputusan untuk mengambil tindakan-tindakan, yang kemudian diekspresikan, lalu muncul perintah-perintah dari sistem limbik yang disalurkan melalui thalamus dan hipotalamus ke organ-organ yang kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk seperti gejala tubuh yang membuat tidak nyaman.

Jika dirasa stimulus tersebut berbahaya bagi individu, maka akan menimbulkan reaksi psikis yang berujud ketegangan emosi yang diikuti oleh aktifitas organ tubuh secara hiperaktif, misalnya detak jantung yang bertambah cepat, ketegangan otot atau meningkatnya tekanan darah. Apabila gangguan tersebut berlangsung terus-menerus maka dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh, sehingga terjadilah psikosomatis (Muchlas dalam Aji, 2001).

Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita jadi terlalu aktif bekerja, akhirnya kadang dia tidak sanggup mengatasi kerja berat itu. Amygdala yang bekerja berlebihan ini juga mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan, kita jadi selalu dalam kondisi FIGHT or FLIGHT atau siaga terus menerus. Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatik muncul sbg suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman.

Faktor-faktor penyebab psikosomatis :

  1. Faktor sosial dan ekonomi
  2. Faktor perkawinan atau keluarga
  3. Faktor kesehatan
  4. Faktor psikologis


Pengaruh psikologis yang dapat menyebabkan muncul maupun memperparah penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh stressor. Stres psikologis yang disebabkan karena berita COVID19 yang menyebar dengan cepat dapat menyebabkan reaksi psikosomatik.

Gejala yang biasanya muncul saat mendengar berita COVID19 seperti tenggorokan gatal, hidung tersumbat, badan terasa nyeri, suhu tubuh terasa demam padahal suhu terbilang normal.

Beberapa tips menjaga kesehatan mental di tengah pandemik COVID-19, yang disarankan oleh PDSKIJAYA, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta dan WHO.


  1. Menerima bahwa rasa tidak nyaman yang muncul adalah kewajaran dan jangan terlalu dipikirkan karena itu akan memicu stres
  2. Komunikasi dengan orang yang dapat membuat Anda nyaman. Walaupun socialdistancing bukan berarti kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain.
  3. Terapkan pola hidup bersih sehat. Tidur teratur, aktivitas fisik yang bisa dilakukan dalam ruangan, cuci tangan secara berkala, relaksasi, dll
  4. Pantau informasi perkembangan keadaan dari sumber yang tepat dan tepercaya, misal dari WHO dan Kementerian Kesehatan. Hindari laporan media dan broadcastchat yang sumbernya tidak jelas dan cenderung mengkhawatirkan.
  5. Ketika ketidaknyamanan muncul, alihkan dengan aktivitas menyenangkan
  6. Jangan merokok, minum alkohol, atau narkoba untuk mengatasi perasaan tidak nyaman. 
  7. Jika Anda tak lagi bisa mengendalikan stres atau perasaan yang tidak nyaman segera berkonsultasi dengan profesioal seperti psikiater atau psikolog.

Sumber :








Tidak ada komentar: