UIN WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS PSIKOLOGI dan KESEHATAN
PRODI PSIKOLOGI
Penulis : Tasya Safitri
(1807016015)
PRODI PSIKOLOGI
Penulis : Tasya Safitri(1807016015)
Coronavirus
atau COVID – 19 merupakan jenis virus baru yang muncul pertama kali di Wuhan,
China. Virus ini termasuk cepat penularannya, karena menular antar manusia
melalui tetesan cairan pernapasan melalui tangan atau sesuatu yang padat.
Ketika orang orang yang sehat memiliki kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi virus ini, kemudian memegang wajah atau bagian lain maka virus
tersebut akan masuk kedalam tubuh manusia atau orang tersebut. Sebutan COVID –
19 merupakan istilah yang digunakan untuk virus baru ini, dilansir dari the sun
COVID – 19 merupakan singkatan dari Corona (CO), Virus (VI), Disease (D) dan
tahun 2019 (19), yang ditemukan pertama kali pada tahun 2019. Sebelum
menggunakan istilah COVID – 19, para ahli menyebutnya dengan Coronavirus. 2019
– nCoV yang mengacu pada novel Coronavirus. Coronavirus baru disebut 2019 –
nCoV. Sehingga sekarang virus baru ini disebut dengan COVID – 19.
Coronavirus
itu sendiri merupakan keluarga besar virus yang berbentuk seperti matahari dan
bisa menyebabkan penyakit dari flu sampai penyakit pernapasan yang parah. Sejak
pertama terdeteksi di Wuhan China, virus ini telah menyebar luas baik di China
itu sendiri dan sampai ke negara – negara lain. Saat ini ada 115 negara yang
terkena wabah COVID – 19 setelah beberapa minggu ditemukan, sehingga badan
kesehatan dunia atau WHO mengumumkan wabah coronavirus atau COVID – 19 sebagai
pandemic global. Pandemi adalah suatu wabah baru yang menyebar secara global
atau diseluruh dunia melampaui kewajaran. Selain itu COVID – 19 memiliki gejala
khas yaitu batuk, demam , kesulitan bernapas, nyeri otot hingga kelelahan. Pada
kasus yang parah COVID – 19 dapat menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan
pernapasan akut, sepsis, dan syok septik. Saat ini orang yang telah terinfeksi
COVID – 19 atau Coronavirus di Indonesia ada 893 kasus positif, kemudian 35
orang sembuh dan 58 orang meninggal pada Kamis, 26 Maret 2020. Serta di dunia
saat ini pada Kamis, 26 Maret 2020 pukul 10.29 WIB jumlahnya bertambah ada
473.137 kasus, dimana jumlah kematian mencapai 21.336 pasien sedangkan yang
dinyatakan sembuh ada 114.779 orang. Sedangkan negara yang terjangkit saat ini
ada 198 negara.
Pandemi
ini membuat kepanikan di masyarakat. Kepanikan yang terjadi pada masyarakat
membuat ketidaknormalan perilaku masyarakat. Hal ini dapat terlihat adanya
fenomena warga atau masyarakat berbondong – bondong membeli kebutuhan pokok atau biasa disebut panic buying. Seorang dokter spesialis
penyakit menular, yaitu dr. Abdu Sharkawy mengatakan bahwa kepanikan warga itu
lebih berbahaya dari virus itu sendiri. Ia juga menyampaikan bahwa menimbun
tidak akan membantu, karena mengingat tingkat kesembuhan dari COVID – 19 cukup
tinggi dari kasus yang ada. Serta penularan sering terjadi karena kontak tangan
antar individu. Banyak dokter atau tim medis yang menyarankan untuk sering
mencuci tangan dan menjaga kesehatan. Beberapa masyarakat menjadi panik karena
mengingat virus mudah menular dan belum memiliki vaksin atau anti virus karena
tergolong baru. Sekarang banyak peneliti yang sedang melakukan penelitian untuk
menemukan vaksin dari COVID – 19. Menurut WHO vaksin untuk COVID – 19 sedang
diteliti dan ditargetkan siap dalam 18 bulan kedepan, untuk menekan penyebaran
virus ini WHO mengeluarkan protokol kesehatan untuk menangani dan menghadapi
COVID – 19.
Untuk
mendukung kebijakan ini beberapa negara melakukan kebijakan seperti lockdown, isolasi, dan lain – lain. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi penularan virus ini. Di Indonesia sendiri upaya
pemerintah untuk menekan penularan virus ini ada beberapa dari mengganti
kegiatan kerja langsung menjadi online, mengganti kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan perguruan tinggi secara online, dan tidak lupa menghimbau
masyarakat untuk tidak berpergian jika tidak penting, serta menyiapkan beberapa
rumah sakit rujukan dan menyiapkan semua kebutuhan medis seperti APD dan
lainnya. Serta menghibau masyarakat untuk melakukan social distance. Serta
mengingatkan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan tidak menimbun barang –
barang atau kebutuhan pokok.
Dalam situasi seperti ini tidak heran jika
banyak kalangan masyarakat yang mengalami kepanikan. Dalam psikologi kepanikan
ini timbul dari kecemasan, arti dari kecemasan adalah suatu keadaan patologis
yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda system
saraf hiperaktif. Kecemasan sendiri memiliki sumber yang besar namuntidak
diketahui sedangkan ketakutan didasari dari respon emosional terhadap ancaman
atau bahaya dari luar yang direspon secara sadar. Sehingga untuk mengurangi kepanikan
dan kecemasan masyarakat beberapa psikolog dan organisasi psikologi membuka
layanan konseling untuk membantu masyarakat menghadapai COVID – 19.
Untuk
mengurangi/eliminasi kecemasan masyarakat perlu langkah-langkah kongkrit dan
terencana oleh pemerintah yang didukung masyarakat. Pertama, sosialisasi yang masih kepada seluruh masyarakat tentang
COVID-19 secara mendetail. Kedua,
adanya media center dan keterbukaan dari pemerintah, sehingga masyarakat
mendapatkan info yang valid terkait perkembangan COVID-19. Masyarakat sendiri
harus menjauhkan dari berita-berita hoaks yang menyesatkan, sehingga kepanikkan
terkurangi. Ketiga, mengupayakan pola
hidup sehat dan mentaati seluruh aturan pemerintah. Dengan demikian penanganan
virus dapat secara menyeluruh. Keempat,
kita sebagai mahkluk Allah SWT harus memaknai kejadian untuk lebih mendekatkan
diri kepadaNya. Kejadian ini tidak hanya dilihat dari segi negatifnya, tetapi
juga ditinjau dari positifnya. Semoga kejadian ini dapat segera teratasi dan
kehidupan masyarakat dapat berjalan seperti sedia kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar