Welcome to 2022 :-\
Sejujurnya sangat menyakitkan buat aku untuk bisa menceritakan pengalaman ini karena luka aku tuh belum sembuh sepenuhnya. Aku masih kambuhan dan masih berusaha buat menerima apa yang terjadi. Meskipun gitu, aku harap dengan aku menuangkannya dalam bentuk cerita disini aku bisa sedikit lebih lega dan lebih baik utamanya aku bisa lebih menerima secara lapang dada dengan apa yang aku alamin :)
Sejujurnya aku mulai lupa apa yang aku alamin tapi aku akan berusaha menceritakannya mulai dari bulan Januari 2022.
Dibulan Januari keadaan emang jauh lebih baik, aku mulai bisa menjalani kehidupan normal aku lagi. Konflik dengan ibukku juga bisa dibilang selesai setelah panduan minum obat udah dibuat. Itu artinya aku harus kembali ke realita dan jalan hidupku lagi, yaitu skripsi.
"Aku menghela napas dulu yaa, karena bener-bener berat rasanya harus inget kejadian ini. "
Setelah menghindar cukup lama, aku terpaksa melihat kenyataan, judulku yang belum beres dan aku yang masih berusaha keras meyakinkan dosen pembimbing aku buat bisa lanjut buat skripsi karena posisinya judul aku udah di acc fakultas dsb.
Di bulan Januari ini, aku berusaha untuk melakukan konsultasi judul baru dengan dosen wali aku. Aku ambil judul tentang tema "KPOP" tapi kenyataan pahit harus aku telan karena dosen wali aku sangat menentang topik itu dan menyarankan aku ke topik yang lebih "agamis".
Waktu itu aku menyerah buat mempertahankan judul itu dan kembali ke judul lama aku dengan penuh ketakutan.
Tetapi, dibalik ketakutan terbesarku tentang skripsi ini ada satu yang membuat aku yakin untuk lanjut dan nekad biar skripsi aku cepet selesai yaitu Bangtan.
Kenapa? Kenapa bukan orangtua alasannya?
Uhm, aku tau orangtua juga alasan utamaku tapi selain itu aku membayangkan kalo setelah wisuda nanti aku bisa membeli satu album Bangtan yaitu BE atau mungkin beberapa album lainnya. Membayangkannya itu buat aku bahagia banget, itu akan jadi hadiah terindahku. Jauh sebelum kejadian di tahun 2022 aku juga berekspektasi kalo aku bisa lulus di bulan Maret 2022 terus Bangtan gelar konser,aku nonton konser itu dan aku dapet album BE, aku bahagiain orang tua aku, aku terbebas dari skripsi, terus yaa aku bahagia bisa wisuda cepet. Itulah alasan aku buat bangkit dan mencoba untuk yakin.
Oh iya, seharusnya dipertengahan Januari aku kembali ke kota kampus aku berasal. Aku juga bilang sama temen deket aku buat ketemu dan beli satu barang couple. Tapi karena aku terlalu takut dan aku terlalu nyaman di rumah aku jadi sedih dan stress kalo harus kembali kesana. Padahal kalo aku pikir ulang, aku lebih nyaman di sana sendiri dan aku pikir aku lebih damai. Entah, kenapa aku bisa takut juga stress kalo membayangkan harus hidup disana, sendiri haha.
Sampai akhirnya, aku memutuskan buat stay dirumah, dengan bayang-bayang ekspektasi "itu" aku kembali bangkit dan berjuang buat kerjain skripsi aku, setiap hari dalam seminggu yang aku mulai setiap pukul 09.00-11.30 siang aku habisin waktu sambil kerjain skripsi. Jujur aku stress, tertekan, juga ketakutan dengan kenekatan aku ini. Tapi aku berusaha yakin dan berusaha buat optimis untuk memperjuangkan ini. Aku menekan perasaan stress juga ketakutan aku lewat lagu-lagu yang aku putar dengan earphone aku keras-keras. Disela-sela itu aku nyanyi ngga beraturan, aku ngedumel gara-gara perasaan stress dan tertekan yang amat sangat menyesakkan dada (dulu aku ngga tau dan ngga sadar perasaan itu). Aku menekan diriku, dalam seminggu aku harus bisa menyelesaikan satu bagian biar aku bisa menyelesaikan skripsi aku dan segera sempro. Ah, jangan lupakan tentang ekspektasi aku yang setinggi langit itu.
Oh iya, disisi lain aku liat tips-tips kerjain skripsi dari orang-orang twitter. Berbagai tips-trik aku praktekin biar aku cepet bikin skripsi dan rampung.
Sampai di minggu berikutnya BAB I udah kelar aku buat. Aku udah siap buat bimbingan. Kalo kamu tanya gimana perasaan aku? Rasanya keadaan aku mulai mengkhawatirkan haha, aku tetep aja gemetaran, napas pendek-pendek, jantung berdebar dan ngga bisa berpikir. Tapi, waktu itu dosen pembimbing aku bilang kalo intinya, aku harus nambahin referensi terkait dengan " materi persepsi" sebagai bagian utama pada latarbelakang. Oh, hari itu hari jumat kalo ngga salah aku bimbingan.
Uhm, waktu itu aku sedikit lega karena akhirnya dosen pembimbing aku memberikan perhatian buat baca latarbelakang penelitian dan akhirnya aku bisa revisian pertamakali (bukan masalah judul). Untuk merayakan itu, aku ajakin kakak aku buat makan di salah satu cafe di sekitar tempat tinggal aku. Aku inget, waktu itu itu jam 17.30 aku berangkat sambil bawa laptop buat revisian ke cafe itu.
Oh iya, sebelumnya aku juga berandai-andai buat pergi ke cafe yang ada live perfomance-nya dan cafe itu cocok buat memenuhi keinginan aku. Buat live perfomance itu dimulai sekitar pukul 19.00 malem.
Aku seneng sih bisa menemukan suasana baru dan aku bisa ngerasain revisian kayak mahasiswa pada umumnya yang lagi skripsian.
Yah, cuman waktu itu aku ngga begitu konsentrasi karena otakku udah terforsir di satu hari itu juga dan kayaknya aku terlalu memaksakan diri.
Singkat cerita tiba di awal bulan Februari, aku coba buat bimbingan lagi, aku udah persiapin jawaban, aku udah berlatih biar aku bisa menjelaskan latarbelakang skripsi aku ke dosen pembimbing aku biar aku ngga gugup atau ketakutan dan aku pingin banget bisa yakinin dosen pembimbing aku buat lanjutin penelitian aku. Tapi kenyataannya, di siang kala itu, kondisiku mencapai titiknya, aku deg-degan setengah mati bahkan jantungku kayak mau lompat keluar, tangan aku gemetaran, napas aku semakin pendek, cara bicara aku juga tersengal-sengal, aku ngga bisa menjelaskan materi yang bahkan udah aku catat sebaik mungkin, otakku juga ngga bisa berpikir dengan baik sampai kata-kata yang aku keluarin diluar ekspektasi aku dan ngga jelas.
Bener aja, dosen pembimbing aku lagi-lagi ngga melihat hasil pekerjaan aku, beliau lagi-lagi mempermasalahkan judul skripsi aku, beliau bilang judul aku itu "ngga ada gambaran masalah apapun dibenak beliau"
Gimana perasaan aku? Entahlah, aku pikir waktu itu aku masih pantang menyerah. Aku coba buat diskusiin ke kakakku. Aku minta pendapat dia seharusnya gimana. Dia kasih aku saran supaya aku tetep berpegang teguh dengan judul ini, dia juga bantu aku buat berani chat dosen pembimbing aku, mulai dari mempertanyakan alasan, menambah spesifikasi subjek dengan judul yang sama, mengganti subjek, sampai mengganti judul baru sesuai dengan rekomendasi dosen yang waktu itu menyarankan "kasus kekerasan seksual"
Jujur aku sama sekali ngga yakin dengan situasi dan kondisi saat itu. Pilihan itu terasa sulit banget buat aku pilih tapi sayangnya aku ngga punya pilihan karena aku udah terjebak di jalan buntu. Jadi mau ngga mau aku pilih.
Sampai aku perwalian dengan dosen wali aku. Singkat cerita aku memanfaatkan momen itu buat menceritakan permasalahan aku. Dari awal sampai akhir aku ceritain ke dosen wali aku. Tapi ternyata beliau sama sekali ngga membantu apapun, beliau cuman mengatakan "Ya coba komunikasikan kembali permasalahan kamu dengan dosen pembimbing kamu, semoga dilancarkan". Rasanya? Hahahahahaha aku ketawa getir aja. Tapi waktu itu aku nangis hebat, aku ngedumel, aku ngumpat, aku marah, aku menyalahkan diriku sendiri, menyalahkan dosen-dosen aku, aku menyalahkan semuanya.
Sayangnya, seberapa keras aku menangis waktu itu, ngga ada satupun yang peduli dengan keadaan aku. Padahal ibu dan juga kakak aku dirumah. Aku sedih banget.
Meskipun gitu, aku kembali berjuang, tiba-tiba di grup bimbingan ada beberapa mahasiswa yang akan lakuin bimbingan online, aku pun masuk ke ruang obrolan itu. Sampai tiba giliran aku dengan keras kepalaku dengan egoku yang tetep berpegang teguh buat mempertahankan judul itu, bahkan bisa dibilang hubungan aku dengan dosen pembimbing aku jadi terkesan "alot/bersitegang" dan dosen aku bilang "saya takutnya kamu kesulitan untuk menjawab pertanyaan sidang kalo ambil judul itu" dan panggilan pun diakhiri karena dosen aku ada kepentingan.
Lagi-lagi aku cuman bisa nangis, bahkan disetiap aktifitas yang aku lakuin aku bisa tiba-tiba nangis sendiri. Jantung aku, napas aku, tubuh aku bisa ngga bisa aku kontrol setiap inget kejadian itu. Waktu itu, kakak aku sempet nanya "gimana hasil bimbingannya?" Tapi aku bahkan ngga ada kuasa buat cerita atau ungkapin perasaan aku karena aku cuman bisa nangis dan aku ngga bisa mengontrol itu.
Oh iya sebagai tambahan, semenjak kejadian di awal bulan januari aku males banget buat mandi aku bisa mandi setiap 2 hari sekali. Jadi aku cuman cuci muka+sikat gigi aja. Baru kalo aku ngerasa risih sama badan aku, aku mandi sabunan juga keramas. Makan aku juga ngga teratur, aku bisa laper banget atau bahkan ngga laper sama sekali, bisa dibilang aku mulai ngga merawat diri. Aku yang suka makeup+skincare-an sama sekali ngga ada niatan buat lakuin itu. Kamu pernah ngga sih, takut bahkan sekedar memejamkan mata buat tidur? Aku saking takutnya aku tidur larut sekitar jam 01.00-03.00 pagi aku baru tidur atau pernah sekali aku ngga tidur, aku habisin waktu malem aku buat nonton drama china yang kebetulan juga bagus banget. Drama itu bisa sedikit menekan rasa stressku waktu itu.
Oh iya, semenjak itu juga, aku bisa tiba-tiba cemas berlebihan sampai deg-degan parah, napas juga pendek dan berujung nangis. Aku bener-bener ngga bisa ngontrol pikiran dan perasaan aku. Aku udah bener-bener ngga tahan dengan apa yang aku rasain dan aku berpikir "aku butuh bantuan professional karena aku udah ngga sanggup buat menangani ini sendiri" dan aku pun kembali untuk kedua kalinya lakuin konsultasi ke psikolog secara online. Aku ngga berpikir panjang soal biaya karena aku bener-bener sampai ditahap "aku ngga sanggup lagi".
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar