Berita HITZ

13 Agustus 2024

Just be With You

    Di sebuah rumah kecil yang asri, dengan taman yang dipenuhi bunga-bunga indah dan pepohonan rindang, hiduplah sepasang suami istri yang dikenal tetangga sebagai pasangan yang harmonis. Setiap sore, suara piano klasik mengalun lembut dari ruang tamu, dimainkan oleh sang suami, Arman. Di luar, di taman belakang, istrinya, Maya, dengan tekun merawat tanaman-tanamannya, memberikan sentuhan penuh kasih pada setiap daun dan bunga. 

    Namun, di balik keharmonisan itu, ada kenyataan yang tak terlihat oleh mata. Pernikahan mereka, yang tampak sempurna di luar, sebenarnya kosong dan tanpa cinta. Arman dan Maya menikah lima tahun lalu, bukan karena paksaan keluarga atau tekanan apapun. Mereka menikah atas kesadaran diri, mungkin karena mereka merasa ada beberapa kecocokan di antara mereka. Namun, kecocokan itu tidak mampu menutupi setiap luka yang dimiliki kedua pasangan itu. 

    Arman, dengan jari-jarinya yang lincah di atas tuts piano, sering kali kehilangan dirinya dalam melodi-melodi klasik. Musik adalah pelariannya, tempat ia bisa melupakan sejenak rasa sakit dari masa lalu. Sepuluh tahun lalu, ia kehilangan kekasih yang sangat dicintainya dalam sebuah kecelakaan tragis. Kenangan itu terus menghantuinya, membuat hatinya tak mampu benar-benar mencintai lagi. Setiap nada yang ia mainkan adalah ungkapan rasa rindu dan kehilangan yang tak pernah bisa ia lupakan.    

    Maya, di sisi lain, menemukan kedamaian dalam merawat tanamannya. Tangan-tangannya yang lembut merawat setiap bunga dengan penuh perhatian, seolah-olah berharap bahwa cinta dan kebahagiaan bisa tumbuh dari sana. Masa lalunya pun penuh luka. Ia pernah dikhianati oleh seseorang yang ia percayai sepenuh hati, membuatnya sulit membuka diri untuk cinta yang baru. Setiap bunga yang ia tanam adalah simbol dari harapannya yang rapuh dan kesedihannya yang mendalam. 

    Selama bertahun-tahun, Maya telah terbiasa dengan rutinitasnya, merawat tanamannya dan menghindari konflik dengan Arman. Namun, suatu hari, saat ia sedang duduk di taman, ia mendengar melodi piano yang sangat menyentuh. Ada sesuatu dalam nada-nada itu yang membuatnya tiba-tiba terenyuh. Ia mulai menyadari bahwa setiap melodi yang dimainkan Arman adalah ekspresi dari rasa sakit dan emosi yang mendalam. Untuk pertama kalinya, Maya merasa empati terhadap Arman, menyadari betapa sulitnya hidup dengan luka-luka yang tak pernah benar-benar sembuh. 

    Kesadaran ini memicu perubahan dalam diri Maya. Ia memutuskan untuk mulai memperhatikan Arman lebih serius dan mencoba untuk memperbaiki pernikahan mereka. Meskipun sulit bagi Maya untuk benar-benar memahami Arman dan perasaannya, ia mulai berusaha untuk lebih terlibat dalam kehidupan suaminya. Ia mulai duduk di samping Arman saat ia bermain piano, mendengarkan melodi-melodi itu dengan penuh perhatian. Ia mulai mencoba memahami perasaan yang mungkin tertuang dalam setiap nada yang dimainkan. 

    Pada awalnya, Arman merasa heran dengan perubahan ini. Maya yang biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di taman kini sering berada di ruang tamu, memperhatikan dan mendengarkan saat ia bermain piano. Ia tidak merasa aneh atau marah, dan tidak ada rasa risih yang muncul. Sebaliknya, Arman merasakan sesuatu yang berbeda. Ada suatu hal yang mulai mengisi kekosongan hidupnya. 

    Suatu malam, suasana di rumah terasa hening dan sunyi. Langit tampak kosong tanpa bintang atau bulan, dan ketenangan malam mengisi setiap sudut ruangan. Di bawah cahaya lampu berwarna kuning yang lembut, Maya dan Arman duduk di ruang tamu, memandangi pekarangan rumah yang terpisah oleh dinding kaca. Mereka duduk berdua, saling merangkul, merasakan kedekatan yang baru mulai terjalin. 

    Maya memulai obrolannya dengan perasaannya yang dulu. Suaranya mulai bergetar saat ia membicarakan masa lalunya, ketika kenangan-kenangan lama dan luka-luka lama muncul kembali. Arman hanya terdiam, sambil memandangi Maya dengan penuh perhatian. Dengan lembut, ia menepuk pelan bahu Maya, berharap bisa menyalurkan ketenangan dan dukungan untuk Maya. Momen tersebut penuh dengan kehangatan dan empati, menunjukkan betapa jauh perjalanan mereka telah membawa mereka untuk saling memahami dan mendukung satu sama lain. 

    Lambat tapi pasti, hubungan mereka mulai terasa hangat. Setiap kali Maya duduk di samping Arman saat ia bermain piano, ia merasakan ada ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Arman mulai memperhatikan Maya lebih sering, melihat cara Maya dengan penuh kasih merawat tanaman-tanamannya, bagaimana ia tersenyum kecil saat berhasil membuat bunga-bunga bermekaran. Arman mulai melihat sisi-sisi indah dari Maya yang selama ini terabaikan. 

    Suatu malam yang tenang, ketika mereka duduk bersama di teras, Maya mulai bercerita tentang kenangannya saat kecil, tentang bagaimana ia selalu ingin memiliki taman sendiri. Arman mendengarkan dengan seksama, melihat kilau kebahagiaan di mata Maya saat ia berbicara. Mereka mulai berbicara tentang hal-hal kecil yang mereka sukai, dari makanan favorit hingga film yang mereka tonton saat masih muda. Obrolan mereka menjadi lebih dalam dan pribadi, menjelajahi setiap sudut hati yang sebelumnya tersembunyi. 

    Arman mulai merasakan debaran di dadanya setiap kali Maya berada di dekatnya. Ia merasa terpesona dengan ketulusan dan kebaikan Maya. Setiap kali ia melihat Maya tertawa atau tersenyum, hatinya terasa hangat. Maya, di sisi lain, mulai melihat Arman dengan cara yang berbeda. Setiap melodi yang ia mainkan di piano, setiap cerita yang ia bagi tentang musik, membuat Maya semakin jatuh cinta pada suaminya. 

    Suatu ketika, Arman merasa dikelilingi oleh rasa kesedihan yang mendalam. Maya, melihat Arman hanya tertidur seharian dengan tampak lelah dan putus asa, hanya bisa menatap punggungnya dari kejauhan, merasa tidak tahu harus berbuat apa karena Arman sama sekali enggan menoleh atau berbicara. Maya merasa hatinya hancur melihat suaminya begitu menderita, tapi dia tidak tahu cara yang tepat untuk mendekatinya. 

    Di pertengahan malam, saat Maya terbangun dari tidurnya, ia berjalan menuju ruang tengah dan mendapati Arman duduk melamun di bawah cahaya temaram lampu. Wajah Arman terlihat murung, dengan mata yang masih basah. Maya mendekati Arman dengan hati-hati dan menggenggam lembut telapak tangannya yang terasa dingin dan basah. 

    Arman, dalam keadaan emosional, mulai menceritakan kejadian masa lalunya dengan suara bergetar. Ia berbicara tentang betapa dalamnya kesedihan yang ia rasakan setelah kehilangan kekasihnya, dan bagaimana hari ini adalah peringatan kematian kekasihnya. Meskipun Maya merasa terluka karena Arman masih mengingat mantannya, ia menyadari bahwa selama pernikahan ini, ia tidak pernah melihat Arman seterluka ini. Malam itu, Arman tidak berhenti menangis, mungkin air mata ini adalah yang seharusnya ia keluarkan sejak 16 tahun yang lalu. 

    Maya duduk di samping Arman, memegang tangannya erat, dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Malam itu, dalam keheningan dan tangisan Arman, mereka berbagi momen yang mendalam. Maya merasa terharu, mengetahui betapa dalamnya rasa sakit Arman dan betapa kuatnya dia untuk terus bertahan. 

    Setelah malam itu, hubungan mereka mulai berubah. Arman mulai melihat Maya sebagai seseorang yang selalu ada untuknya, yang mencintainya dengan tulus. Ia mulai memperhatikan setiap detail kecil tentang Maya: cara ia menyisir rambutnya, bagaimana ia menata bunga di taman, senyum lembutnya saat melihat hasil kerja kerasnya mekar dengan indah. 

    Malam-malam berikutnya, hubungan mereka semakin hangat. Arman sering kali terbangun di tengah malam untuk melihat Maya tertidur dengan damai di sampingnya. Ia merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—rasa cinta yang mendalam dan ketulusan yang murni. Setiap pagi, ketika Maya membangunkannya dengan senyuman lembut, Arman merasa bahwa hidupnya telah berubah. 

    Arman mulai jatuh cinta pada Maya secara perlahan-lahan. Setiap hari, ia menemukan keindahan dalam kebaikan dan perhatian Maya. Mereka mulai berbagi lebih banyak hal pribadi. Maya bercerita tentang harapan dan impian masa kecilnya, sementara Arman mulai berbagi kenangan-kenangan kecil dan preferensi pribadi yang belum pernah ia ungkapkan sebelumnya. Mereka saling menemukan kecocokan yang lebih dalam, dan setiap obrolan yang sebelumnya terasa seperti rutinitas menjadi momen berharga untuk saling memahami. 

    Maya mulai melihat bagaimana Arman, yang dulu cenderung tertutup, kini lebih terbuka dan sering tersenyum. Setiap kali Maya melihat Arman berbicara tentang musiknya, matanya bersinar dengan antusiasme. Ia merasa terpesona dengan cara Arman menghidupkan setiap melodi dan bagaimana musiknya menjadi bagian dari jiwanya. 

    Bahkan kini melodi musiknya pun terdengar berubah tidak lagi alunan lambat yang terdengar menyedihkan. Namun melodinya berubah cepat dan memiliki kesan yang unik. Seolah-olah, melodi-melodi yang dia ciptakan diitujukan khusus untuk Maya, dan dia mulai menyadari bahwa perasaan Arman seakan tumbuh lebih dalam dari sekadar ketertarikan. 

    Di setiap malam yang tenang dan hening, mereka berdua duduk bersama, saling berpelukan di bawah cahaya lampu temaram, berbicara tentang segala hal—mulai dari kesederhanaan sehari-hari hingga harapan dan impian mereka. Dalam setiap percakapan, mereka menemukan bahwa mereka bukan hanya pasangan, tetapi juga teman sejati yang saling memahami dan mendukung. 

    Dalam keheningan dan kehangatan itu, Arman dan Maya akhirnya menemukan kembali cinta yang selama ini mereka cari. Arman mulai merasa bahwa Maya adalah orang yang ia butuhkan untuk mengisi kekosongan di hidupnya, dan Maya merasa bahwa Arman adalah bagian penting dari hidupnya yang membuatnya merasa utuh. Mereka menyadari bahwa meskipun mereka tidak bisa mengubah masa lalu, mereka masih memiliki kesempatan untuk menciptakan masa depan yang penuh cinta dan kebahagiaan bersama. 

    Dengan lembut, Arman menggenggam tangan Maya dan mendekatkannya. Mata mereka saling bertatapan, dan tanpa kata-kata, mereka saling mendekat. Di bawah sorotan lampu temaram dan diiringi melodi indah yang tercipta dari hati Arman, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut dan penuh kasih, menyatukan dua jiwa yang telah lama saling mencari untuk jatuh cinta. 

Arman -> Maya   "Bersamamu adalah sebuah pilihan yang tak akan pernah ku sesali seumur hidupku" Maya -> Arman "Membuka hatiku untuk mencintaimu adalah bukan suatu hal yang sia-sia untuk hubungan pernikahan kita berdua"

Tidak ada komentar: