Berita HITZ

17 November 2023

Dunia Terlalu Sibuk Untuk Aku yang Pengangguran

Salah.

Ya, aku memulai tulisan ini dengan kata salah. Aku merasa salah dengan beberapa pilihanku. Entah dibagian mana yang menurutku terasa salah dan janggal. Aku hanya merasa ada bagian diriku yang salah.

Aku hanya ingin sedikit menikmati hidupku, pada awalnya iya, tapi semakin lama aku merasa, salah. 

Aku seperti melewati banyak kesempatan yang seharusnya bisa aku ambil. Namun, ada beberapa kesempatan yang baru bisa aku rasakan menjelang akhir masa study-ku.

Mungkin seharusnya aku bersyukur, setidaknya meskipun terlambat aku tetap bisa merasakannya. 

Jujur aku masih sering merasakan frustrasi aku kelelahan dengan aktifitasku yang terbilang semakin membosankan. Aku seperti terjebak di segala sisi tembok yang membuat aku semakin sesak. 

Menjadi dewasa benar-benar melelahkan, aku tahu bisa jadi hanya aku yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu aku merasa kuwalahan dengan segala kesibukan orang-orang disekitarku dan bodohnya aku terus membandingkan diriku yang membuatku semakin ciut. 

Aku menyalahkan orang-orang yang mengambil banyak kesibukan, aku menyalahkan orang-orang yang berjalan terlalu cepat di depanku. Namun, aku tidak pernah berusaha untuk mengimbangi mereka. Aku terlalu takut. Aku takut, jika aku kehilangan fokus, aku takut aku lalai dengan apa yang sedang aku jalani. 

Semakin berpikir, aku hanya terus kelelahan membuat kepalaku sakit dan berat. Padahal jika dipikir ulang, aku hanya perlu menjalani hidupku sendiri bukan?

Tapi ketika aku menjalani hidupku sendiri, aku justru berpikir tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. 



Frustrasi Seorang Pengangguran




Aku semakin frustrasi dengan hidupku.
Seolah semuanya ngga berjalan semestinya. Entah karena hormonal, entah karena aku stress dan perasaan tertekan karena mau ujian CPNS atau karena begitu banyak masalah yang aku pendam selama ini atau juga karena rasa frustrasi ngga dapet kerjaan sampai sekarang dan segudang tuntutan dan harapan untuk dilaksanakan.

Rasanya amarahku ingin meletup keluar seperti muntahan gunung berapi. Rasanya dadaku sakit kayak dihimpit bantuan besar. Rasanya aku ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. 

Jujur terkadang aku takut berubah gila, aku takut kalau suatu saat bibrku melanturkan ucapan-ucapan tidak masuk akal. Aku mencoba untuk selalu waras menghadapi keadaan yang seolah melilit tubuhku. Aku frustrasi dengan segala hal yang terjadi didalam hidupku. Aku muak, tapi ngga ada yang bisa aku lakuin selain bertahan dan menghadapi kenyataan yang begitu pahit menimpaku.

Okey, aku mungkin bersyukur karena aku ngga dilahirkan di medan perang seperti di negara sana. Tapi setiap manusia punya bebannya sendiri-sendirikan. Mungkin orang-orang akan mengutukku dan ribuan kali aku mengatakan pada diriku kalo seharusnya aku bersyukur. Tapi mau bagaimanapun itu tak semudah yang diucapkan.

Makin lama entah kenapa aku memiliki banyak sekali kebencian, aku benci dengan orang-orang disekitarku, aku marah dengan orang-orang disekitarku, aku marah dengan semua yang ada disekelilingku. Tapi pada akhirnya aku bisa apa.

Aku benci direndahkan, aku benci diperbudak, aku benci dengan semua pilihan-pilihan yang ngga aku suka. Tapi aku bisa apa?

Orang-orang akan selalu berbicara dan membicarakan apa yang mereka inginkan dan aku juga hanya akan mendengarkan apa yang ingin aku dengar. itu sebuah pilihankan?

Sejujurnya aku cukup bersyukur setelah melewati proses skripsi yang sangat tidak masuk akal dan tentu aja bisa aku lalui. Padahal kalo dipikir sekarang rasanya seperti angin lalu dan sepertu gugurnya sebuah daun.

Yaa, setidaknya aku udah pernah melalui rasa beratnya. Melawan rasa iri, tidak terima, tidak berharga, putus asa, kecemasan dan perasaan negatif lainnya.

Sekarang, meskipun ada kalanya aku merasa frustrasi, aku jauh lebih bisa mengontrol dan berserah diri/putus asa? entahlah mana sebutan yang lebih cocok.