Berita HITZ

02 Februari 2022

Kisah Hidup Lansia di Panti Werdha

Halo semuanya,

Aku harap temen-temen semua memiliki hari yang baik dan menyenangkan yah :)

***

DISCLAIMER :

CERITA INI DIAMBIL PADA TAHUN 2019. KONDISI DAPAT BERUBAH SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN KONDISI LANSIA DAN DAERAH TEMPAT CERITA BERLANGSUNG.

***

Pada kesempatan hari ini aku akan menceritakan sebuah kisah, sisi dari kehidupan yang mungkin temen-temen semua jarang membayangkan kisah ini.

Sebelumnya aku akan menceritakan sedikit perjalananku sampai akhirnya aku bisa menemukan kisah ini. 

Jadi kisah yang akan aku ceritakan kali ini aku ambil dari tugas kuliah aku yaitu Psikologi Perkembangan dimana waktu itu aku melakukan observasi dan juga wawancara pada subjek yang telah ditentukan. Waktu itu kisaran tahun 2019 sebelum pandemi corona. 

Singkat cerita, aku mendapatkan tugas untuk melakukan observasi dan wawancara dengan subjek Lansia di panti Werdha/panti Jompo.

Jujur waktu aku dapet tema itu, aku kebingungan kayak "hah? Aku harus cari panti werdha dimana?" Emang banyak guys sebetulnya panti werdha yang ada di kota 'ini' cuman sebagai mahasiswi rantauan dan individual, aku yang susah buat keluar kostan ini merasa cemas dan kebingungan waktu dapet tugas itu. Alhasil aku cari-cari melalui google maps panti werdha terdekat. Sampai akhirnya aku ketemu sama sebuah panti werdha yang deket di daerah kampus aku, bahkan deket banget sama panti sosial yang biasa dikunjungin juga kalo lagi bakti sosial. Tapi, aku ngga akan spill detail informasi lengkapnya. Kenapa? Karena posisinya aku ngga punya izin khusus buat mengungkapkan identitas panti werdha melalui blog ini. Aku izinya hanya untuk tugas kuliah aja. So, if you want to know about it, just contact me and i'll give you more information you need it.

Sedikit gambaran panti werdhanya itu seperti apa? Sederhana. Itu kesan pertama yang aku dapetin. Entah mungkin karena lagi tahap pembangunan atau memang bentuknya seperti itu, idk. Di pintu masuk utama yang pertama dijumpai adalah aula yang ngga terlalu luas, mungkin bisa di ibaratkan seluas dua ruangan kelas.  Lalu, masih diruangan yang sama tepatnya di sebelah kiri kalian akan masuk ke ruang kantor pengelola panti werdha. Disitulah aku minta izin buat melakukan observasi dan wawancara ke pengelolanya. Selain kantor, masih di sekitaran aula kalian akan melihat pintu menuju pintu masuk ruangan kamar lansia A (aku lupa namanya apa). 

Fyi, di panti werdha ini memiliki dua tipe ruang kamar yaitu ruang kamar A dan B. Ruang kamar A diisi oleh para lansia yang masih mampu mengurus dirinya sendiri artinya tidak membutuhkan bantuan pengasuh. Sedangkan di ruangan tipe B adalah lansia yang memiliki kondisi khusus artinya lansia yang hanya bisa melakukan aktifitasnya di tempat tidur dan membutuhkan bantuan pengasuh.

Oh iya lansia di panti ini tidak memiliki kamar pribadi yaa, jadi modelnya tuh kayak aula memanjang terus ada ranjang tidur yang di tata rapi secara horisontal (-) begitu juga dengan tipe ruangan B. Jadi setiap lansia tuh bisa jalan-jalan atau pun bersosialisasi dengan lansia lain tanpa ada sekat pembatas. Sampai sini paham? Makannya tidak heran kalau mereka mudah juga buat bertengkar, mengingat kestabilan emosi di usia lanjut sudah berbeda dengan orang dewasa umumnya.

Di panti werdha ini mereka memiliki pengasuh, meskipun ngga banyak guys. Mengingat jarang ada orang yang mau mendedikasi hidupnya untuk merawat lansia :( kayaknya ibu-ibu yang ngasuh. Meskipun gitu, panti werdha ini juga sering dijadikan tempat untuk praktek magang, seperti waktu itu aku bertemu dengan mahasiswi kampus keperawatan yang melakukan pelatihan menggambar dan menyanyi pada para lansia. 

Untuk makan, dari pihak panti sudah menyiapkan dengan tepat waktu. Sekarang aku udah lupa guys makannya apa terus jam berapa aja waktu pembagian makannya. Maaf yaa. 

Lingkungan panti ini sangat luas kok guys cuman jujur aja menurutku agak kurang terawat karena pertama kali masuk ke ruangan A aja itu baunya udah ngga enak apalagi di ruangan B semakin buat perut mual karena "maaf, bau BAB dan BAK" baunya bisa menyebar karena ngga ada sekat pintu di perbatasan ruangan A dan B. Ditambah di ruangan B itu ada satu lansia yang "maaf agak terlihat gangguan jiwa" berkeliaran sambil teriak-teriak ngga jelas. Sesekali deketin aku waktu aku lagi wawancarain lansia lain. Jujur aku degdegan parah, karena lansia gangguan jiwa itu bener-bener ngga terawat atau dilakukan tindakan khusus secara psikologisnya. Menurut cerita, lansia dengan gangguan jiwa itu baru dipindahkan dari panti sosial karena katanya beliau sudah 'tua' jadi akan lebih layak jika disatukan dengan para lansia disini. Who knows?

Satu lagi, ada satu cerita yang buat aku degdegan parah dan takut banget, yaitu waktu para lansia itu bertengkar guys :(. Asli itu parah banget, aku lupa permasalahnnya apa, kayaknya saling tuduh gitu. Lansia yang terlibat di permasalahan itu cukup banyak, mereka teriak dengan nada tinggi sambil ngancem buat "bawa bawa sapu". Aku yang disitu ketar-ketir banget. Terus dengan santainya lansia yang aku wawancarain ini bilang "udah biasa mbak kayak gitu." Jantungku seketika berhenti guys, untung masih hidup akunyaㅜㅜ. Aku ngga ngira kalo berantemnya mereka sebegitu mengerikan.

Sebenernya aku punya beberapa foto kondisi pantinya, aku juga punya foto simbah-simbah yang aku wawancarain tapi mohon maaf temen-temen aku ngga bisa membagikan lebih dari ini. 

Temen-temen kelasku khususnya mereka pasti tahu, karena aku udah menceritakan kasus ini di depan kelas. So i hope you liked it.

1.   1. Nama : J

Umur : 84 tahun

Asal : Lumajang Jawa Timur

Lama dipanti : 10 tahun

 

Mbah J merupakan pribadi yang bekerja keras. Menurut cerita beliau, saat masih  muda beliau selalu mencari kegiatan di sela waktu luangnya dengan membantu kerabatnya membuat kerajinan ukir, mengikuti kelas tari dan beliau mengatakan bahwa di Semarang beliau dapat memperoleh banyak pengalaman dan relasi sosial. Maka dari itu, beliau lebih memilih menghabiskan waktunya di kota Semarang daripada di kota Lumajang Jawa Timur.

Suaminya bekerja sebagai pedagang beras yang penghasilannya tak tentu dan itupun tidak tinggal satu rumah karena mbah Jamilatun senang hidup menyendiri dan merantau bersama kedua anaknya di kota Semarang. Beliau mengatakan bahwa suaminya itu tidak memiliki banyak pengalaman hidup, bekerja pun juga tak tentu mendapat upah hal inilah yang membuat suaminya merasa frutrasi dan pada akhirnya meninggal dunia. Beliau juga mengatakan bahwa saat Semarang dilanda banjir bandang, lingkungannya rusak parah, hewan ternak juga hilang, dan banyak para warga yang terdampak banjir bandang menderita penyakit serius. Termasuk kedua anaknya, yang di diagnosis menderita demam berdarah dan berujung kematian pada kedua anaknya.

Alasan Mbah J di panti Jompo adalah karena beliau hidup sebatang kara. Beliau dibawa oleh salah satu teman dekatnya di Semarang yang menyarankan mbah J ke panti jompo agar terjamin hidupnya. Selama sepuluh tahun di panti jompo, mbah J bahagia meskipun ada salah satu temannya yang membuat beliau emosi karena perihal tuduh menuduh yang tidak jelas kebenarannya dan hal itu di tujukan kepadanya. Sebagian teman-teman yang lain cukup akrab dengan mbah J dan berkawan baik dengan beliau. Menurut penuturan beliau pengasuh disana cukup baik, ramah, dan menyenangkan. Ada juga beberapa mahasiswa yang sedang melakukan magang keprofesian sebagai perawat di panti jompo yang juga sering membantu rutinitas lansia disana.

2.     2. Nama : F  Z

Umur : 60 tahun

Asal :  Cepu Jawa Tengah

Lama di panti : -

Alasan mbah F di panti jompo adalah karena dibawa oleh satpol PP karena di kira pengemis. Menurut penuturan beliau, beliau datang ke Semarang setelah dari perjalanan panjangnya sebagai kondektris Bus Indonesia, sebelumnya beliau sudah merantau ke berbagai kota besar di Indonesia sampai akhirnya beliau datang ke Semarang. Awalnya beliau hendak membeli rumah kontrakan namun sering di tipu, bahkan beliau sudah kehilangan barang berharga, seperti kalung, cincin emas dan lain sebagainya. Akhirnya, beliau bekerja sebagai pemulung mengais rongsokan dan dari hasil tersebut kemudian di gunakan untuk membeli makan. Untuk tempat tinggalnya beliau tinggal di emperan masjid dan MCK juga di masjid. Terkadang mbah Fatimah mendapat donasi uang dan makanan dari belas kasihan orang. Mbah Fa tidak tahu sanak keluarganya di mana karena dahulu beliau enggan untuk pulang kerumah karena takut di jodohkan dengan orang tuanya. Beliau sudah bercerai sejak umur 25 tahun dan kedua anaknya diasuh oleh suaminya di Kalimantan dan tidak tahu kabarnya lagi.

Menurut beliau, suka duka tinggal dipanti jompo itu dukanya karena beliau merasa sendiri tidak ada sanak keluarga yang menjenguk dan senangnya bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti jompo seperti menyanyi, menggambar yang diadakan oleh para mahasiswa yang magang di panti jompo.

3.     3.  Nama : Y E H

Umur : 82 tahun

Asal : Banjarmasin Kalimantan

Lama di panti : 1 tahun

Alasan mbah Y di panti jompo adalah karena anaknya tidak mau mengasuh mbah Y dengan alasan karena rumah yang kecil dan alasan lain yang tidak diketahui mbah Y. 

Mbah Y memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Anak laki-lakinya berprofesi sebagai pendeta dan anak perempuannya bekerja sebagai pegawai swasta. Saat saya tanya “Kenapa mbah Y tidak memilih tinggal bersama anak perempuan?” mbah Y menjawab “Anak perempuan saya bilang kalo rumahnya itu kecil jadi ngga bisa kalo ngasuh saya.”

Mbah Y merasa sedih dan kecewa karena di masa tuanya beliau tidak mendapat pengasuhan sekaligus kasih sayang dari kedua anaknya. Sehingga beliau merasa terpaksa juga berat hati tinggal di panti jompo. Beliau mengatakan selama di panti jompo beliau sering sakit-sakitan karena beliau ingin kembali bersama keluarga namun tidak tahu harus kembali kemana karena suaminya pun sudah meninggal dan anaknya menolak untuk mengasuhnya. Meskipun setiap sebulan sekali anak perempuannya menjenguknya sedangkan yang laki-laki sama sekali tidak menjenguk mbah Y.  Beruntungnya selama di panti jompo mbah Y mempunyai sahabat yang sesama penghuni panti, jadi beliau sedikit melupakan kesedihannya.

4.    4. Nama : P

Umur : 76 tahun

Asal : Semarang Jawa Tengah

Lama di panti : 5 tahun

Alasan mbah P di panti Jompo adalah karena keinginannya sendiri, beliau mengatakan bahwa beliau tidak ingin menjadi beban keluarga sekaligus keponakan yang beliau asuh sejak kecil sampai berkeluarga.

Semasa muda, mbah P adalah seorang penyanyi keroncong, minatnya itu dimulai sejak beliau bertemu suaminya yang seorang peniup suling pada sebuah orkestra. Hal itu menarik perhatian mbah P sehingga beliau mempelajari kesenian tersebut sampai akhirnya mbah P mulai menyanyi dari panggung ke panggung. Semenjak itu, suami mbah P mulai merasa cemburu karena mbah P menyanyi dengan laki-laki lain dan hal itu memicu perceraian pada pernikahan pertamanya. Mbah P kemudian menikah lagi dengan seorang tentara, sayangnya pada pernikahan pertama dan keduanya beliau tidak dikaruniai anak sehingga beliau mengasuh keponakannya dari kecil sampai berkeluarga.

Entah mungkin keponakan atau keluarganya lain berdebat perihal pengasuhan mbah P, hal itu membuat beliau meminta keponakannya untuk membawanya ke panti jompo. Sebenarnya mbah P rindu dengan keluarganya namun mbah P bingung harus pulang kemana karena takut jika keluarganya harus bertengkar perihal dirinya. Menurut mbah P suka-duka tinggal di panti adalah senang karena ada beberapa kegiatan yang menghibur dan mbah P mengatakan bahwa beliau merupakan artis (penyanyi) di panti jompo tersebut. Sehingga seringkali mbah P diminta para lansia lain untuk menyanyikan sebuah lagu. Dukanya, teman lansia lain suka membuat keributan bahkan ketika dini hari, emosi para lansia yang lain juga turut mengharuskan kesabaran yang extra untuk menghadapi teman lain.

Dari cerita itu makna yang bisa kita ambil adalah, 

Mereka tidak memilih atau bahkan tidak pernah terbesit sekalipun di benak mereka untuk menghabiskan sisa umurnya di panti jompo. Beberapa di antara mereka masih bisa tersenyum meski ada luka hati yang harus di sembuhkan. Sebagian lain, bahkan sudah tidak bisa mengingat kenangan mereka. Di lubuk hati terdalam, mereka pasti ingin menghabiskan waktu hari tua bersama keluarga dengan  kasih sayang dan ketulusan. Ibarat buah kita tinggal memanen hasilnya. Namun, fisik dan ingatan yang melemah serta keluarga yang tidak mendukung memaksa mereka hidup seperti ini.

Oleh karena itu, peran keluarga terutama anak merupakan faktor terpenting bagi kebahagiaan para lansia agar mereka bisa menikmati hari tuanya dengan damai dan dengan kebahagiaan keluarga kecilnya yang membuat lansia dapat bertahan sampai akhir hayatnya bersama orang-orang yang mereka cintai dan mereka sayangi.


Tidak ada komentar: