Selamat datang di part 2 yaa
Seperti yang udah pernah aku bilang di part sebelumnya, aku akan ceritain hasil wawancara aku dari beberapa pasien nih.
Jujur dari lubuk hati aku, awal pertama kali aku liat pasien dateng ke rehabilitasi aku takut guys. Yaa manusiawi lah yaa, karena stigma kita kayak udah ke doktrin kalau ODGJ itu suka ngamuk-ngamuk atau mukul-mukul orang lain apa lagi kalo liat matanya. Kalian gitu ngga?
Jadi waktu pembimbing kita mempersilahkan wawancara itu kayak bingung gitu. Soalnya kayak aku pun ngga tahu mana pasien yang komunikatif atau kooperatif yang istilahnya itu kondisinya 'jauh lebih baik' dari pasien lain jadi waktu diwawancara enak gitu. Sampai akhirnya aku sama salah satu temen aku datengin dua pasien yang waktu itu lagi duduk-duduk di bawah pohon. Satu pasien masih muda dan satu pasiennya lagi sekitar paruh baya. Mereka kayak lagi ngobrol sambil bercanda gitu. Setelah lama mikir akhirnya aku dan temen aku ini datengin mereka dan ngobrol sama mereka.
WARNING!
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam kode etik psikologi. Bahwa nama dari pasien akan di rahasiakan dan akan digantikan dengan menggunakan huruf abjad.
Berhubung dalam menggali data pasien dibutuhkan banyak waktu dan pertanyaan maka tulisan ini hanya akan menggambarkan inti permasalahannya saja.
1.
Mas F umurnya sekitar 22 tahun. Secara fisik dia tinggi, agak kurus, penampilannya pun rapih dan menarik, cuman satu kekurangannya, yaitu perutnya yang kelihatan buncit. Selain itu, ngga ada sama sekali gejala yang menunjukkan kalo dia ini terkena gangguan jiwa.
Aku pun beraniin diri buat nyapa dan duduk di depan mas F dan Pak B. aku sapalah mereka, "selamat pagi mas, gimana kabarnya?' dengan senyuman hangat mereka bales buat nyapa kami. Dia orangnya ramah guys dia juga komunikatif.
Terus aku tanyalah identitasnya, kemudian mas F jawab dan ternyata dia inget identitasnya. lanjutlah aku tanya " mas F udah berapa lama disini? kenapa mas F bisa ada disini?"
Singkatnya, mas F ini ternyata dibawa oleh Ayahnya ke RSJ karena ayahnya ini ngira kalo dia itu suka mabuk-mabukan. Padahal menurut mas F, dia hanya meminum air putih yang dibacain doa-doa. Kejadian seperti itu berulang kali. Tetapi dari hasil wawancara dengan mas F ini ternyata juga udah pernah meminum miras oplosan sejak kelas 2 SD atas dasar pemikirannya sendiri.
Oh iya, mas F ini merupakan subjeknya temen aku jadi ngga semua data aku peroleh sendiri dari mas F karena waktu kita ngobrol udah diburu-buru buat ikut senam pagi.
Lanjut, Ayah mas F sendiri bekerja di luar kota sedangkan ibunya sudah meninggal dan diganti dengan ibu tiri. Sayangnya mas F ini ngga cocok sama ibu tirinya sehingga lebih memilih buat tinggal bareng saudaranya. Nah menurut cerita dari ayahnya, mas F ini udah keseringan mabuk air putih yang konon cuma dibacain 'wiridan'. Ayahnya mas F ini pun tahu karena ada yang beritahu kalo ternyata perilaku mas F ini aneh. Jadi mungkin waktu Ayahnya mas F ini pulang kerja dan lihat mas F yang mabuk air putih dan suka ngomong-ngomong ngga jelas, ayah mas F ini jadi jengkel sama mas F dan malah berujung dengan kekerasan pada anak. Waktu wawancara mas F ini sampai nunjukin bekas luka dari kekerasan yang mas F alami dari ayahnya, mulai dari luka di bahu yang sekarang udah kering dan juga fakta perut buncitnya yang ternyata karena ulu hatinya yang pecah akibat kekerasan tadi. Mas F sendiri cerita kalo sebenernya dia ngga tahu kenapa bisa dimasukkan ke RSJ karena mas F ngerasa perilaku dia ngga ada yang salah. Mas F merasa kalo ayahnyalah yang justru kerasukan setan karena udah melakukan kekerasan dan menyeret dia ke RSJ maka dari itu saat masuk UGD mas F ini ngamuk-ngamuk.
Selama bertemu dengan mas F ini dari hasil observasi mas F ini terlihat normal, cara dia berpikir juga biasa aja, bahkan dia pun sadar dengan apa yang dia lakuin termasuk mabuk air putih tadi pun dia sadar. Secara garis besar sebenarnya mas F ini orangnya penurut dan ngga neko-neko. Tapi ngga ada yang tahu juga kebenarannya.
2.
Pak B umurnya sekitar 60-an. Sebenernya informasi yang aku dapetin kurang lengkap karena emang Pak B itu udah lanjut usia jadi untuk wawancara pun juga sulit. Kalo ngga salah pak B ini udah sering masuk RSJ. Aku kurang tahu pak B ini sakit apa dan gimana ceritanya pak B bisa masuk ke RSJ karena waktu ditanya pak B ini omongannya banyak ngelanturnya dan gak jelas. Namun, pak B ini cukup kooperatif karena dia selalu mengikuti kegiatan dengan baik meskipun yaa sesekali perlu dibujuk. Oh iya, pak B ini suka sendirian, pernah dikasih bola buat main, tapi pak B suka main sendiri. Pak B orangnya ramah juga murah senyum tapi cenderung pemalu.
3.
Mas R umur 33 tahun. Secara fisik mas R ini tinggi, rambutnya warna hitam kemerahan, kulitnya sedikit gelap, matanya tajam berwarna gelap. Mas R ini adalah subjek aku. Jadi aku bisa kasih banyak ceritanya. Hmm, jadi waktu aku wawancarain ternyata mas R ini udah lama di di RSJ sekitar 2/3 mingguan. Nah kebetulan di hari jumatnya mas R ini udah bisa pulang. Kalo ngga salah waktu itu aku ketemu mas R di hari Rabu. Jadi karena mas R ini secara komunikasi udah bagus, fungsinya sebagai manusia udah bagus mas R suka deketin temen-temennya termasuk aku dan tim aku. Which is, waktu kita perkenalan di hari pertama rehabilitasi mas R ini suka juga ledekin kita gitu kebetulan waktu itu juga ada pak T yang kondisinya kesehatan mentalnya mirip jadi kita sepet ngobrol dan bercandaan.
Oh iya lanjut lagi, mas R ini punya suara yang bagus. Dia berani nyanyi waktu sebelum acara senam dimulai. Terus dia juga agamis guys, pernah jadi muadzin, bahkan mas R ini ngajarin aku buat hapalin doa 'cara mendapat ilham yang baik' dia nuntun aku buat lafalin bareng-bareng. Sumpah dia bikin aku jadi kenal mental karena aku masih banyak kekurangannya.
Namun ternyata mas R ini masuk ke RSJ karena permintaan dari ibunya.
Hah kok bisa?
Ini menurut penuturan mas R, jadi ibunya mas R ini seperti dihasut sama tetangganya buat masukin mas R ke RSJ karena tetangganya itu bilang mas R ini ngga sehat. Jadila mas R masuk ke RSJ. Tapi setelah aku tanya lebih dalam ternyata mas R ini pernah merasakan momen dimana dia merasa linglung (bingung dan ngga sadar) bukan karena alkohol/obat-obatan tapi memang dia tiba-tiba rasain sensasi itu sampai dia pernah jatuh ke bak sampah terus gedor-gedor rumah orang. Mas R juga cerita kalo dulu dia pernah ngalamin hubungan yang ngga disetujuin sama ayahnya tapi ngga jelas alasannya.
Terus dari hasil rekam medisnya mas R ini selama satu minggu pertama masuk RSJ mas R sering ngamuk-ngamuk, teriak-teriak, gaduh gelisah sampai ngancam ibunya. Aku ngga tahu sih mas R ini inget atau ngga kejadian itu.
Setelah itu, aku tanyalah sama pembimbing lapangan aku, "sebenernya mas R ini sakit apa?" Terus pembimbing lapangan aku bilang kalo mas R ini menderita skizofrenia organik yang disebabkan karena adanya epilepsi. Jadi karena mas R ini ngga rajin minum obat akhirnya 'mungkin' jadi semakin parah.
Aku ngga nyangka sih kalo ternyata mas R ini punya epilepsi dan skizo karena dari cara dia bicara pun yaaa ngga ngehayal atau gimana, realistis aja gitu. Aku kira awalnya mas R punya gangguan mood tapi ya bukan ternyata.
Kabar baiknya, waktu hari kamis ternyata itu pertemuan terakhir kita, uniknya mas R ini suka ngedekitn dan bilang "mbak ngga mau ngajak ngobrol aku?" Karena aku dan tim juga disisi lain sibuk ngobrol dengan pasien lain. Cuman karena mas R ini menawarkan diri yaa aku tanggapin. Lucu aja sih, tapi yaa aku bingung yang mau aku obrolin apa karena aku ngga jago kalo harus membuat obrolan :(. Eh lupa kan. Mas R ini pulang di hari kamis sore, aku tahu info ini dari temen aku yang dateng ke bangsalnya di jumat pagi. Sebenernya sedih sih karena ngga bisa ketemu di jumat paginya. Tapi aku bersyukur dan berharap semoga dia ngga pernah dateng dan ketemu aku lagi di RSJ.
4. Pak T, aku lupa umurnya. Mungkin usianya menginjak 30-an akhir/ 40-an awal. Secara fisik pak T ini punya badan yang sedikit gemuk, kulitnya putih bersih, orangnya suka nyapa, seneng banget bergaul sama temen-temen yang lain, suka juga membuka topik obrolan, orangnya juga periang banget, pokoknya pak T ini orang yamg paling positive vibe banget.
Pak T ini ternyata udah bolak balik masuk RSJ guys. Aku lupa sih dia dimasukkin ke RSJ sama siapa, apa sama istirnya yaa?
Oh iya, pak T ini orangnya terbuka banget dia suka cerita panjang jadi waktu wawancarain pak T ngga ribet justru sangat mudah.
Awalnya pak T ini punya proyek kerja bangun rumah lantai 3 namun sayangnya kejadian buruk menimpa pak T. Pak T jatuh dari lantai 3 yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental pak T. Semenjak insiden itu pak T jadi memiliki halusinasi berupa auditori. Pak T sering mendengar suara orang yang menyuruh pak T buat berpergian jauh yang secara ngga sadar pak T akhirnya lakuin itu. Pak T juga sempat di penjara karena melakukan tindakan kriminal yang diakibatkan karena halusinasi yang menyuruhnya buat mukulin orang tanpa suatu sebab. Pak T juga cerita kalo dia pernah kesetrum listrik tegangan tinggi tapi dia sama sekali ngga kerasa.
Kalo kata pembimbing lapangan aku aku pak T ini dulunya suka nangis sendiri.
Bahkan waktu temen aku wawancarain pak T sampai nangis sesenggukan. Aku lupa sih kenapa. Selain itu pak T ini cerita kalo istrinya itu bener-bener hebat, karena mau menerima kondisi pak T yang sakit jiwa. Berhubung pak T udah lama di RSJ pak T jadi kangen banget sama keluarga kecilnya.
Sekilas cerita, aku lupa cerita lengkapnya tapi salah satu subjek temen aku ini bilang kalo pasiennya masuk RSJ karena salah satu jarinya digigit tikus gedhe sampe berdarah. Yaa ada cerita yang begitu, waktu pertama kali denger cerita ini dari temen aku, kita semua ngakak sih karena kalo dipikir emang ngga realistis banget. Tapi yaa begitulah, itulah seni-nya mendengarkan cerita pasien ODGJ.
So aku akhiri dulu cerita aku di part 2 day 3. Dihari berikutnya, aku akan ceritain kejadian menarik lainnya. See you 💜
Tidak ada komentar:
Posting Komentar